Kenakalan Remaja, Normal Atau Tidak?

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Usia remaja memang usia nan sangat dinamis. Mums dan Dads nan anaknya sudah memasuki usia remaja, bersiaplah dengan kejadian tidak terduga, termasuk kenakalan remaja. Umumnya, di masa ini selalu ada saja kelakuan anak remaja nan menjengkelkan dari nan ringan hingga berat.

Namun, kenakalan remaja sering dianggap normal alias wajar. Namanya juga remaja, begitu orang selalu beranggapan. Tetapi, benarkah kenakalan remaja perihal nan normal?

Baca juga: Anak Ketahuan Merokok, Apa nan Harus Dilakukan Orang Tua?


Penyebab kenakalan remaja


Manusia terus tumbuh seiring bertambahnya usia. Usia antara 13-18 tahun adalah masa di mana terjadi gejolak hormon dalam tubuh, dan anak mulai keluar dari kenyamanan di rumah, di mana semakin luasnya lingkup pertemanan mereka.

Di usia ini, remaja tumbuh tidak hanya berbekal pengaruh internal family melainkan juga pergaulan dengan kawan sebaya baik di sekolah maupun di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Kenakalan remaja tidak muncul secara alamiah dalam diri seorang anak, melainkan dipicu oleh aspek eksternal di luar perseorangan tersebut. Sebagian besar muncul lantaran intervensi lingkungan tempat di mana dia tumbuh dan dibesarkan.


Bentuk kenakalan remaja nan tetap dalam pemisah wajar di antaranya segala tindakan nan tidak masuk akal, alias sekadar kurang disiplin, bolos sekolah, merokok, alias lantaran kurang mengerti terhadap sesuatu lantaran tidak mendapatkan pendidikan dan pengarahan nan layak.

Secara umum ada sejumlah aspek nan jadi penyebab terjadinya beragam macam kenakalan remaja. Sebagian besar apalagi corak kenakalan remajanya sudah tidak wajar apalagi condong mengarah pada kategori kriminal.


Setidaknya ada empat penyebab paling umum kenakalan remaja nan marak terjadi terutama di kota-kota besar:

Pertama, padatnya penduduk. Kepadatan masyarakat ini merupakan imbas dari pertumbuhan kota, perkembangan industri dan pertumbuhan ekonomi di kota besar sehingga memicu urbanisasi. Yaitu perpindahan masyarakat nan massif dari desa ke kota, melahirkan kantong-kantong kepadatan masyarakat nan jadi sumber beragam masalah sosial termasuk kenakalan remaja.


Kedua, kurangnya pengawasan orangtua. Hal ini tak lepas dari tingginya kebutuhan hidup nan memaksa para ibu bekerja untuk menambah penghasilan keluarga. Akibatnya anak-anak kurang mendapat perhatian saat kedua orangtuanya tidak ada di rumah. Inilah salah satu pemicu kenakalan remaja akibat kurangnya pengawasan orangtua di rumah lantaran kudu bekerja seharian.

Ketiga, masalah ekonomi. Bukan berfaedah kenakalan remaja selalu terjadi pada anak-anak dengan ekonomi kurang. Namun, rendahnya ekonomi family jadi salah satu pemicu kenakalan remaja. Himpitan hidup, kurangnya kebutuhan sehari-hari membikin anak remaja melakukan beragam langkah untuk mendapatkan uang. Niat mendapatkan duit secara sigap kadang membikin remaja nekat mengambil jalan pintas dalam corak kenakalan remaja apalagi berujung pada tindakan kriminal.


Keempat, problem keluarga. Lingkungan family nan hangat, penuh kasih sayang dan nyaman sangat dibutuhkan remaja dalam proses tumbuh dan kematangan jadi pribadi dewasa nan baik. Sebaliknya, family nan kerap dilanda masalah, tidak harmonis, sering bertengkar. Termasuk ketika rumahnya sempit tidak ada ruang privasi nan membikin remaja tidak nyaman di rumah. Ia lebih sering menghabiskan waktu berbareng kawan sebaya. Sehingga pengaruh apapun dari pergaulan bakal diterima tanpa filter nan cukup. Dari sinilah kenakalan remaja bermula.

Baca juga: Ternyata Ada Sisi Positif Anak Hobi Main Game, Asal Diarahkan!


Bukan perihal nan normal, kenakalan remaja bisa dicegah

Mums, tajamkan kepekaan terhadap remaja agar terhindar dari beragam corak kenakalan baik nan bentuknya wajar, terlebih nan tidak wajar. Apa saja nan kudu dilakukan untuk mencegah kenakalan remaja? Ini tipsnya :

  • Identifikasi sedini mungkin jika ada remaja nan menunjukkan perilaku nan tidak biasa apalagi di luar kewajaran. Perhatikan baik-baik, sehingga Mums bisa mendeteksinya dengan tepat.

  • Berikan pendampingan dan perawatan nan tepat jika sudah kadung terjadi kenakalan remaja. Jangan ditinggalkan, karena bakal membikin kondisinya semakin buruk.

  • Jangan perlakukan mereka seperti penjahat alias pelaku, melainkan perlakukan sebagai korban nan butuh pertolongan. Dengan begitu empati kita bakal muncul.

  • Hentikan kenakalan remaja nan dilakukan agar tidak semakin parah tingkatan dan dampaknya baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Jangan tunda, lakukan pencegahan segera.

  • Berikan support dukungan penuh dan pastikan family datang untuknya. Sehingga dia merasa berbobot ada di tengah family nan begitu memperhatikannya.

  • Alih-alih menghukum lebih baik gunakan konsep perkembangan, pertumbuhan, dan pendidikan. Ganti balasan dengan tugas alias tanggungjawab tertentu sehingg melatih anak remaja bertanggung jawab terhadap tugasnya.

  • Lakukan konseling dengan mahir nan kompeten misalnya psikolog alias psikiater untuk mencegah terjadinya kenakalan remaja nan membahayakan dan merugikan banyak orang.

  • Bangun komunikasi terbuka. Jadilah kawan obrolan nan menyenangkan untuk anak remaja. Sehingga dia merasa nyaman menceritakan semuanya kepada orangtua. Sehingga dia tak perlu mencari kawan obrolan di luar sana nan justru bakal menjerumuskannya dalam melakukan beragam corak kenakalan remaja.

  • Ciptakan family nan harmonis, kedekatan satu sama lain, saling mendukung, penuh perhatian dan kasih sayang sehingga anak remaja merasa nyaman berada di tengah keluarga.


Menghadapi kenakalan remaja memang tidak semudah menghadapi keusilan balita. Bisa jadi, masalah nan ditimbulkan dan penyebabnya lebih kompleks. Yakinlah, selama Mums dan Dads terus mendampingi dan selalu ada untuk anak-anak, tanpa terlalu mengekang, maka anak-anak tidak bakal melenceng jauh. Mereka tetap dapat tumbuh dengan baik dan terhindari dari pengaruh jelek nan memicu kenakalan remaja.

Baca juga: HIndari Salah Pergaulan, Arahkan Anak Memilih Teman nan Baik

Referensi:

Youth.gov juvenile-justice/prevention-and-early-intervention

Thelegalquotient. juvenile-delinquency

Selengkapnya
Sumber Tips dan Informasi Kesehatan
Tips dan Informasi Kesehatan