Anak Kelas 5 Sd Harus Cuci Darah Rutin, Sebut Karena Efek Minuman Berpemanis

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

Jakarta -

Konsumsi gula nan terlalu tinggi dapat menakut-nakuti kesehatan Si Kecil. Seorang siswa kelas 5 SD kudu rutin cuci darah akibat terlalu sering mengonsumsi minuman berpemanis.

Makanan maupun minuman dengan pemanis kudu menjadi perhatian bagi keluarga. Pasalnya, ada banyak penyakit rawan nan dapat membahayakan tubuh.

Tak hanya menjadi persoalan untuk orang dewasa, anak-anak juga berisiko mengonsumsi gula dalam jumlah tak terbatas. Apalagi saat ini, makanan dan minuman berpemanis banyak ditemukan di pasaran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Netty Prasetiyani mengaku prihatin dengan pola hidup masyarakat usia muda di Indonesia. Ia menilai, banyak anak-anak nan doyan mengonsumsi makanan dan minuman dengan pemanis tambahan tinggi.

Kebiasaan itu pada akhirnya membikin mereka berisiko menderita penyakit tidak menular, seperti kandas ginjal. Hal ini dapat menakut-nakuti kesehatan Si Kecil, Bunda. Bahkan, tak sedikit nan kudu melakukan cuci darah secara rutin lantaran ginjal sudah tidak berfaedah dengan baik.

Siswa kelas 5 SD rutin cuci darah

Dalam rapat kerja Komisi IX DPR RI dengan Kementerian Kesehatan, Netty menyayangkan beragam aplikasi nan menawarkan promo menggiurkan, seperti cuma-cuma minuman manis untuk setiap pembelian tertentu. Tidak hanya itu, dia juga mengkritisi sikap perusahaan makanan dan minuman nan seakan mendorong tingkat konsumsi gula tanpa memperhatikan akibat kesehatan nan berpotensi muncul.

"Saya baru saja mengalami keprihatinan. Salah satu anak TA (Tenaga Ahli) saya berumur 23 tahun kudu cuci darah lantaran kebiasaan mengonsumsi makanan nan bisa dibeli secara online. Anak-anak kita itu paling senang jika dapat promo bayar pakai aplikasi tertentu, kelak dapat minuman berpemanis," ujar Netty di ruang rapat Komisi IX DPR RI.

"Rata-rata minumannya berpemanis dan itu diglorifikasi lewat beragam iklan nan luar biasa dan seolah-olah itu tidak berakibat (terhadap kesehatan)," sambungnya.

Ia juga mengaku telah menemukan siswa kelas lima SD asal Karawang, Jawa Barat, nan telah diwajibkan untuk menjalani prosedur cuci darah akibat kebiasaan mengonsumsi teh dengan kandungan gula tinggi.

"Pak menteri, ada anak kelas 5 SD sudah kudu bolak-balik dari Karawang ke RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) untuk cuci darah," ungkap Netty. "Kenapa? Ternyata kebiasaan mengonsumsi teh nan gulanya tinggi," tegasnya.

Ia turut menyoroti perkembangan industri makanan dan minuman nan tidak disertai dengan perhatian terhadap akibat kesehatan akibat pemanis tambahan.

"Padahal BPOM melakukan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) bahwa kita kudu mengendalikan gula, lemak, dan garam. Namun, kenyataannya masyarakat tidak bisa seperti itu. Kemenkes ini seperti pemadam kebakaran," ujar Netty.


TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI. 


Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis! 

(anm/pri)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda