Mengenal Cpap Bayi Yang Perlu Bunda Ketahui

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) merupakan metode perawatan nan umum digunakan pada bayi prematur, alias bayi dengan masalah pernapasan lainnya. Metode ini membantu menjaga saluran napas bayi tetap terbuka dan mencegah kolaps selama pernapasan, memungkinkan udara masuk dan keluar dari paru-paru dengan lebih efektif.

CPAP biasanya diberikan melalui tabung alias pipa mini nan melekat pada hidung alias mulut bayi. Cara kerjanya dengan mengirimkan aliran tekanan udara positif secara terus-menerus, untuk membantu mengembangkan paru-paru dan mencegah saluran napas dari penyempitan.

Bayi nan memerlukan CPAP mempunyai beragam kondisi nan memengaruhi pernapasan mereka, termasuk sindrom gangguan pernapasan bayi baru lahir alias dikenal Respiratory Distress Syndrome (RDS), sindrom aspirasi mekonium, alias penurunan tonus otot.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Walau terapi ini umumnya kondusif dan efektif, penggunaannya memerlukan pemantauan nan intensif oleh tenaga medis terlatih untuk memastikan bayi mendapatkan tekanan udara nan sesuai dan memonitor respons mereka terhadap perawatan ini.

Apa itu CPAP bayi?

Tekanan saluran napas positif berkepanjangan (CPAP) merupakan salah satu corak perawatan nan membantu menjaga saluran napas terbuka, dan mempertahankan tekanan positif di dalam saluran napas selama fase inspirasi dan ekspirasi. Hal ini sangat berfaedah untuk bayi nan mengalami kesulitan bernapas alias mempunyai kondisi pernapasan nan memerlukan support tambahan.

Dengan menyediakan tekanan udara nan stabil, CPAP membantu mencegah kolapsnya saluran napas, meningkatkan ventilasi paru-paru dan mengurangi pekerjaan pernapasan pada bayi nan memerlukan support ekstra dalam bernapas. Teknik ini dapat digunakan pada bayi prematur dan bayi nan lahir dengan kondisi pernapasan nan tidak normal.

Kenapa perlu CPAP bayi?

CPAP digunakan untuk memberikan support pernapasan tambahan kepada bayi prematur alias bayi dengan masalah pernapasan lainnya. Salah satunya bagi bayi nan mengalami obstruktif sleep apnea (OSA).

OSA merupakan kondisi medis nan menyebabkan kesulitan bernapas saat tidur, nan disebabkan oleh penyumbatan sebagian alias seluruh saluran napas bagian atas. Gejalanya meliputi mendengkur, napas terhenti alias kesulitan bernapas, tidur gelisah, dan kelelahan di siang hari.

OSA dapat berakibat pada kesehatan dan perkembangan bayi dan dapat menyebabkan masalah pertumbuhan, pembelajaran, alias perilaku. Ini adalah kondisi nan serius nan memerlukan perhatian medis untuk mendiagnosis dan mengelola dengan baik untuk meminimalkan akibat komplikasi nan mungkin timbul.

Seperti apa langkah kerja CPAP bayi?

Penggunaan CPAP pada bayi bisa dilakukan melalui beberapa metode, termasuk Nasal kanul (cabang hidung), kanula nasofaring tunggal, alias masker hidung lembut nan terhubung ke selang panjang. Namun di antara semua metode tersebut, banyak master memilih penggunaan binasal prongs pendek lantaran dianggap lebih sederhana dan mempunyai akibat iritasi kulit nan lebih rendah.

Di sisi lain, peneliti juga telah menjajaki penggunaan helm untuk memberikan CPAP kepada bayi dan hasilnya menjanjikan. Sebuah penelitian mini menemukan bahwa penggunaan helm CPAP pada bayi lebih nyaman dan mempunyai akibat kebocoran serta luka kulit nan lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan masker CPAP tradisional.

Hal ini memberikan pilihan nan menarik bagi pengembangan teknik CPAP nan lebih efektif dan nyaman bagi bayi.

Seberapa lama CPAP bayi perlu digunakan?

Ada beberapa aspek nan dipertimbangkan oleh master untuk menentukan berapa lama bayi memerlukan CPAP. Diawali dengan mereka mempertimbangkan usia kronologis bayi, nan merujuk pada usia berasas hari kelahirannya, serta usia koreksi, kemudian mengurangi usia sebenarnya dengan jumlah hari alias minggu kelahiran prematur.

Hal ini krusial lantaran bayi prematur mungkin mengalami keterlambatan perkembangan tertentu dibandingkan dengan bayi nan lahir cukup bulan pada usia nan sama.

Selanjutnya, master juga memperhatikan berat badan bayi serta apakah mereka memenuhi penanda pernapasan tertentu untuk menentukan kapan CPAP dapat dihentikan dengan aman. Tergantung pada kasusnya, mereka dapat menghentikan CPAP secara langsung dan menggantinya dengan kanula hidung, alias secara berjenjang mengurangi support pernapasan seiring berjalannya waktu.

Studi juga menunjukkan bahwa bayi dengan sindrom distress pernapasan (RDS) nan menggunakan sistem gelembung mungkin memerlukan waktu lebih sedikit untuk menggunakan CPAP, dan lebih mungkin untuk sukses diekstubasi. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan sistem gelembung dapat menjadi pilihan nan efektif dalam manajemen pernapasan pada bayi dengan kondisi tertentu.

Komplikasi mengenai penggunaan CPAP bayi

Beberapa komplikasi nan terjadi dengan penggunaan CPAP pada bayi termasuk penyakit paru-paru kronis (CLD), distensi lambung ("perut CPAP"), refluks gastroesofageal, kerusakan hidung, dan keterlambatan pemberian makan secara oral. Selain itu, penggunaan CPAP juga dapat mengurangi kontak bentuk dengan orang tua dan pengasuh lantaran peralatan nan diperlukan.

Namun, ada beragam jenis peralatan CPAP nan digunakan. Salah satunya adalah bubble CPAP (b-CPAP) nan memberikan campuran gas nan dipanaskan dan dilembabkan kepada bayi. Penggunaan b-CPAP telah dikaitkan dengan penurunan signifikan penyakit paru-paru kronis, nan merupakan salah satu komplikasi CPAP nan lebih serius pada bayi.

Meski setiap perawatan medis mempunyai akibat tertentu, faedah CPAP bagi bayi nan memerlukannya jauh lebih besar daripada risikonya. Oleh karena itu, penggunaan CPAP tetap menjadi pilihan nan krusial dan efektif dalam manajemen pernapasan pada bayi nan membutuhkannya.

Demikian ulasan tentang CPAP bayi. Semoga berfaedah ya, Bunda.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda