5 Contoh Cerita Sage Yang Menarik Dan Populer Di Indonesia Untuk Diceritakan Ke Anak

Sedang Trending 1 bulan yang lalu

Cerita sage merupakan salah satu jenis cerita rakyat nan terkenal di Indonesia. Cerita-cerita ini biasanya mengandung pesan moral nan dapat diajarkan kepada anak-anak.

Menceritakan cerita sage kepada Si Kecil rupanya mempunyai banyak faedah lho, Bunda. Selain menghibur, cerita sage juga dapat membantu anak-anak belajar tentang nilai-nilai moral dan kehidupan. Tak hanya itu, jenis cerita ini juga menggunakan bahasa nan kaya dan penuh dengan deskripsi, sehingga dapat memperluas kosakata dan meningkatkan khayalan Si Kecil.

Lantas, dongeng sage apa saja nan bisa Bunda perkenalkan pada Si Kecil? Yuk, simak kumpulan cerita sage untuk anak-anak nan terkenal berikut ini!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mengenal cerita sage

Mengutip dari kitab Mengenal Sastra Lama (2015), sage adalah cerita nan mengandung unsur sejarah di dalamnya nan menceritakan mengenai keberanian, kepahlawanan, alias unsur kesaktian dan keajaiban seseorang. Meski mengandung unsur sejarah, namun cerita sage lebih banyak didominasi oleh hal-hal nan berangkaian dengan fantasi, sehingga unsur sejarahnya menjadi kabur dan tidak lagi dapat dipercaya sebagai kebenaran sejarah. 

Apabila dilihat dari latar tempat dan peristiwa di dalamnya, cerita sage berkebalikan dengan dongeng, Bunda. Jika dongeng tidak terikat dengan latar tempat dan waktu, sebaliknya cerita sage erat kaitannya terjadi di suatu tempat alias pada era tertentu. Selain itu, umumnya cerita sage berkarakter tragis di mana salah satu tokoh utamanya bakal mengalami nasib nan jelek alias kesialan. Beberapa cerita sage nan banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia di antaranya Malin Kundang, Tangkuban Perahu, Sangkuriang, dan tetap banyak lagi.

Ciri-ciri cerita sage

Cerita sage termasuk dalam golongan sastra lama. Secara umum, ciri-ciri sage nyaris sama dengan jenis sastra lama lainnya seperti gurindam, pantun, dan syair. Berikut ciri-ciri dari cerita sage:

  • Anonim (tidak dikenal)
  • Mengandung unsur sejarah
  • Cerita disajikan dengan unsur kepahlawanan, keberanian, kesaktian, alias keajaiban para tokoh
  • Instanasentris (berkaitan dengan kerajaan alias istana)
  • Tema cerita berkarakter fantasi
  • Karangan berbentuk tradisional
  • Bahasa klise
  • Proses perkembangannya statis
  • Mengandung pesan moral alias nilai-nilai kehidupan

Kumpulan contoh sage nan menarik dan terkenal di Indonesia

Ada banyak cerita sage nan secara turun temurun dikenal oleh masyarakat. Melansir dari beberapa sumber, berikut 5 contoh cerita sage nan menarik dan terkenal di Indonesia:

1. Contoh cerita sage Sangkuriang dan Gunung Tangkuban Perahu

Pada era dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja nan berjulukan Dayang Sumbi. Setelah bertahun-tahun tinggal di istana, Dayang Sumbi memutuskan untuk hidup di desa. Ia ditemani seorang anjing berjulukan si Tumang. 

Tumang sebenarnya adalah seorang pangeran dari kayangan nan dikutuk Dewa menjadi anjing. Saat Dayang Sumbi sedang menenun kain, tiba-tiba perangkat pintalnya terjauh. Karena malas mengambil, Dayang Sumbi berbicara “Siapa nan mau mengambilkan perangkat pintalku, jika wanita bakal kujadikan adikku. Jika laki-laki bakal kujadikan suamiku!” 

Si Tumang nan mendengar perihal tersebut langsung mengambil perangkat pintal tersebut. Betapa terkejutnya Dayang Sumbi saat anjing tersebut menyerahkan perangkat pintalnya. Namun dia tidak mengelak dari janjinya.

Akhirnya Dayang Sumbi menikah dengan si Tumang nan dapat berubah bentuk menjadi manusia. Beberapa tahun kemudian mereka dikaruniai seorang anak laki-laki berjulukan Sangkuriang. 

Sangkuriang sangat doyan berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh anjing kesayangannya, si Tumang. Suatu hari Dayang Sumbi mau sekali makan hati rusa. Ia lantas menyuruh Sangkuriang mencarikannya untuk berburu rusa dan mengambil hatinya. Akhirnya dengan ditemani si Tumang, Sangkuriang pergi berburu ke hutan. 

Namun setelah seharian melangkah di hutan, dia tak juga menemukan rusa. Karena putus asa dan hari mulai gelap, terbesit di pikiran Sangkuriang untuk mengganti hati rusa tersebut dengan hati si Tumang. Lalu dipanahnya si Tumang dan diambil hatinya. Sangkuriang pun pulang ke rumah. Sejatinya Sangkuriang tidak tahu jika anjing itu adalah ayah kandungnya.

Sesampainya di rumah dia langsung menyerahkan hati itu pada ibunya. Dayang Sumbi langsung memasak dan memakannya. Setelah itu dia bertanya, di mana si Tumang? Sangkuriang menjelaskan, bahwa nan dimakan ibunya itu adalah hati si Tumang. 

Betapa marahnya Dayang Sumbi mendengar perihal tersebut. Ia kemudian memukul kepala Sangkuriang hingga terluka. Dengan emosi sedih, Sangkuriang pergi meninggalkan ibunya. Bertahun-tahun dia mengembara berupaya melupakan kemarahan ibunya dengan menimba beragam pengetahuan kesaktian. 

Sangkurang kemudian tumbuh menjadi pemuda dewasa, setelah menimba pengetahuan kesaktian dia memutuskan untuk kembali.  Sesampainya di sana, dia sangat terkejut lantaran desanya sudah berubah total. Saat sedang berjalan-jalan tak sengaja Sangkuriang berjumpa dengan wanita elok di tepi telaga. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, Sangkuriang langsung melamarnya. 

Lamaran Sangkuriang langsung diterima oleh wanita elok itu. Ternyata wanita itu tidak lain rupanya adalah ibunya sendiri nan oleh Dewa dikaruniai wajah awet muda. Mereka sama-sama jatuh cinta dan beriktikad bakal menikah dalam waktu dekat.  

Suatu hari Sangkuriang meminta izin kepada calon istrinya itu untuk berburu di hutan. Sebelum berangkat, dia meminta Dayang Sumbi untuk mengencangkan dan merapikan ikan kepalanya. 

Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, lantaran pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, dia memandang ada jejak luka. Ia mengenali jejak luka itu, “Kakanda, kenapa ada jejak luka di kepalamu?” tanya Dayang Sumbi.

“Oh, jejak luka ini saya dapatkan dari ibuku. Ia memukul kepalaku dengan sendok nasi.”

“Mengapa beliau memukul Kakanda? Apa nan telah Kakanda lakukan hingga membuatnya marah?”

“Aku telah membunuh anjing kesayanganku dan menyerahkan hatinya untuk dimana ibuku. Ia memintaku untuk dicarikan hati rusa, namun saya tidak mendapatkan satupun rusa saat berburu di hutan.” 

Mendengar jawaban tersebut, Dayang Sumbi semakin percaya jika pemuda gagah tersebut adalah anaknya Sangkuriang nan dulu telah pergi meninggalkan rumah. 

“Kau adalah anakku, dan saya ibumu. Tak mungkin kita menikah.” 

Sangkuriang tidak percaya mendengar perihal tersebut. Ia bersikeras tetap mau mengawini Dayang Sumbi lantaran sudah terlanjur jatuh cinta.

Untuk membatalkan niat Sangkuriang, Dayang Sumbi lantas meminta syarat. Ia mau dinikahi asal Sangkuriang bisa membuatkan telaga besar dan perahu di atas bukti dalam waktu semalam. Jika Sangkuriang kandas memenuhi syarat tersebut maka pernikahan itu bakal dibatalkan. Melalui kesaktiannya dan dibantu ribuan jin, Sangkuriang memenuhi permintaan itu. 

Sementara di sisi lain, Dayang Sumbi diam-diam mengintip hasil kerja dari Sangkuriang. Betapa terkejutnya ia, lantaran Sangkuriang nyaris menyelesaikan semua syarat nan dia berikan sebelum fajar. 

Dayang Sumbi lantas meminta support masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutra bewarna merah di sebelah timur kota. Ketika memandang warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira jika hari sudah menjelang pagi. Ia langsung menghentikan pekerjaan dan merasa tidak dapat memenuhi syarat nan diajukan oleh Dayang Sumbi. 

Sangkuriang merasa jengkel dan marah. Ia lampau menjebol waduk nan sudah dia buat dan terjadilah banjir nan merendam seluruh kota. Sangkuriang juga menendang perahu nan telah dibuatnya. 

Perahu nan ditendang oleh Sangkuriang lantas melayang dan jatuh tertelungkup. Perahu tersebut menutup telaga nan belum selesai dibuat oleh Sangkuriang. Konon ceritanya perahu nan ditendang oleh Sangkuriang berubah menjadi sebuah gunung besar nan sekarang dikenal dengan nama Tangkuban Perahu.

Cerita sage di atas dikutip dari beragam sumber, seperti kitab Sangkuriang dari penerbit JP Books (2019) dan kitab Dongeng Nusantara dari penerbit Bestari (2019). 

2. Contoh cerita sage tentang kepahlawanan tentang Si Pitung

Pitung nan berjulukan original Salihoen, lahir di kampung kumuh Rawabelong, Jakarta Barat. Kedua orang tuanya mengirimkannya ke pesantren dengan angan Pitung menjadi anak nan soleh.

Namun, acapkali ditolak. Akhirnya Pitung belajar kepercayaan dan bela diri di pesantren. Di pesantren, Pitung tidak hanya belajar membaca al-Qur’an dan pengetahuan kepercayaan Islam. Ia juga belajar pengetahuan bela diri dari dasar hingga mahir. Pitung siswa nan cerdas, rajin, dan disiplin. Ia juga merupakan siswa kesayangan Haji Naipin.

Waktu berlalu, Pitung semakin menguasai pengetahuan kepercayaan Islam dan pengetahuan bela diri. Tibalah waktu bagi Pitung pulang ke rumah orang tuanya.

Setelah pulang ke rumah, Pitung menggantikan ayahnya merawat ternak. Pitung menggembala kambing di padang rumput, dari pagi sampai sore. 

Suatu hari, ayahnya menyuruh Pitung menjual dua ekor kambing ke Pasar Tanah Abang. Sebentar saja, kambingnya laku dengan nilai nan cukup tinggi. Maklum, kambing nan dijual Pitung itu gendut dan sehat.

Tapi, di tengah perjalanan pulang, Pitung berjumpa dengan preman nan pura-pura bertanya hendak kemana si Pitung. 

Dan sebelum sampai ke rumah, Pitung baru sadar jika nan di kantongnya sudah lenyap. “Pasti preman pasar tadi nan mengambil uangku,” gumam Pitung dalam hati.

Pitung memilih kembali ke pasar dan menagih uangnya ke preman. Keduanya terlibat perkelahian hingga akhirnya preman menyerah.

Ketua gerombolan preman nan berjulukan Rais meminta maaf ke Pitung dan mengajaknya bergabung. Tapi, Pitung menolak. Ia malah menasihati para preman itu untuk membantu rakyat. 

Preman ini bingung, mereka mau membantu tapi enggak punya apa-apa. Bahkan bisa dibilang preman-preman ini juga butuh bantuan. Hidup mereka saja pas-pasan.

Di luar dugaan, Pitung mencetuskan buahpikiran gila ialah merampok orang kaya nan pelit untuk membantu orang-orang nan membutuhkan. Ide Pitung diterima Rais dan para preman lain.

Sejak itulah Pitung berbareng preman merampok dan mencuri. Hasilnya dibagikan kepada orang miskin. Bagi rakyat miskin, preman ini pahlawan. Tapi bagi orang kaya, Pitung dan preman kudu ditangkap.

Orang-orang nan kelaparan pun mulai berkurang. Anak-anak dari family miskin bisa makan tiga kali sehari. Mereka tidak lagi cemas besok makan apa. Bantuan Pitung dan kawan-kawannya mengubah hidup mereka.

Semenjak saat itu, Pitung dan para preman menjadi buronan, fotonya terpampang di surat kabar. Polisi terus memburu mereka tapi selalu saja sukses lolos.

Namun, usai merampok rumah Haji Saipudin, Pitung dan teman-temannya sukses ditangkap dan dipenjara. Akan tetapi, mereka sukses melarikan diri dengan memanjat genting penjara.

Pitung tertembak berkali-kali, namun kebal peluru. Jimatnya sangat sakti. Akhirnya Pitung kembali menjadi buronan. Ia berkeinginan untuk bisa membantu rakyat miskin dengan kembali merampok.

Pitung semakin membikin polisi geram. Mereka mencari kelemahan Pitung dengan mencari tahunya dari sang pembimbing Pitung, Haji Naipin. Sebenarnya Haji Naipin berupaya melindungi Pitung. Namun polisi menakut-nakuti bakal mengakhiri hidupnya jika tak mau berbicara. Pistol pun ditodongkan ke arah Haji Naipin hingga terpaksa memberi tahu kelemahan Pitung ialah telur busuk.

Pencarian Pitung kembali dilakukan hingga akhirnya polisi menemukan jejaknya. Ketika menyiapkan penggerebekan, Schout Heyne, kepala polisi nan memburu Pitung sudah menyiapkan peluru emas. Konon, si Pitung kebal terhadap peluru biasa.

Saat polisi menangkapnya, Pitung berupaya melawan. Ketika telur busuk dilemparkan ke arahnya, Pitung tak berdaya. Ia kehilangan keampuhan jimatnya. Peluru emas sukses menembus dadanya hingga akhirnya Pitung meninggal dunia.

Kabar meninggalnya Pitung membikin banyak orang bersungkawa meski para polisi bernapas lega. Di kalangan masyarakat Betawi, Pitung tetap dikenang.

Kisah Pitung ini dikutip dari buku Si Pitung Robin Hood dari Betawi karya Winarni S. Pd.

Ilustrasi Membacakan DongengIlustrasi Membacakan Dongeng/ Foto: Getty Images/iStockphoto

3. Contoh cerita sage tentang kehidupan kisah Malin Kundang

Hiduplah satu family nelayan di pesisir pantai wilayah Sumatera, Ibu Rubayah dan anak semata wayang, Malin Kundang.

Pada suatu hari, di pesisir pantai wilayah Sumatera, hiduplah mereka berdua di tepi pantai. Suami Ibu Rubayah sudah lama meninggalkan keluarganya dan tak pernah kembali sejak saat itu.

Malin Kundang tumbuh menjadi anak nan pandai dan pemberani, meski sedikit nakal. Keluarga tersebut hidup serba pas-pasan sehingga sang ibu kudu bekerja keras untuk menghidupi dirinya dan anaknya

Ketika beranjak dewasa, Malin berpikir untuk pergi merantau ke negeri seberang dengan angan nantinya ketika kembali pulang ke kampung halaman, dia bakal menjadi seorang nan kaya raya.

Niatannya untuk pergi mencari nafkah terwujud setelah menerima rayuan seorang nakhoda kapal dagang, nan dulunya hidup miskin sekarang sudah menjadi seorang nan kaya raya.

Mulanya sang ibu kurang setuju dengan niatan Malin Kundang. Namun akibat terus didesak, akhirnya beliau menyetujui kepergian anaknya.

“Anakku, jika engkau sukses dan menjadi orang nan berkecukupan, jangan lupa dengan ibumu dan kampung halamanmu ini, Nak,” pesan Ibu Rubayah pada anaknya, Malin Kundang.

Beberapa hari kemudian, Malin Kundang pergi meninggalkan sang ibu dan kampung halamannya. Setiap harinya, tak henti-hentinya sang ibu selalu mendoakan kesuksesan dan keselamatan Malin Kundang selama di perantauan. Ia pun selalu berambisi agar anaknya sigap kembali.

Selama berada di dalam kapal, Malin Kundang banyak belajar pengetahuan mengenai pelayaran. Ilmu tersebut lantas dia terapkan sesampainya di negeri seberang. Bertahun-bertahun dia bekerja dengan keras hingga sekarang menjadi orang kaya nan mempunyai banyak kapal dagang.

Meski begitu, rupanya tak pernah sekalipun Malin Kundang mengirimkan surat alias berganti berita dengan ibunya. Seolah Malin Kundang telah melupakan keberadaan ibunya di kampung.

Tak lama kemudian, Malin Kundang mempersunting salah seorang putri bangsawan. Berita mengenai Malin Kundang nan telah kaya raya dan menikah, sampai ke telinga sang ibu. Beliau merasa berterima kasih dan sangat ceria bahwa anaknya telah sukses di perantauan dan sekarang hidup Makmur.

Sejak saat itu, ibu Malin Kundang selalu menunggu setiap harinya di dermaga. Ia menantikan anaknya nan mungkin bakal pulang ke kampung halamannya.

Hingga pada suatu hari, Malin Kundang dan istrinya melakukan pelayaran menuju kampung halamannya. Penduduk desa kemudian menyambut kehadiran kapal besar tersebut. Sang Ibu nan saat itu memang berada di dermaga memandang ada sepasang suami istri nan tengah berdiri di atas geladak kapal nan besar.

Ibu Rubayah percaya bahwa mereka adalah anaknya nan sudah lama pergi merantau beserta sang istri. Tak lama, ketika kapal tersebut berhenti, Malin Kundang pun turun. Ia langsung disambut oleh ibunya nan sudah lama menantinya pulang. 

“Malin Kundang, anakku! Mengapa kau pergi begitu lama tanpa pernah mengirimkan kabar?” tanya sang ibu sembari memeluk Malin Kundang.

Namun nan terjadi berikutnya, Malin Kundang malah melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh.

“Wanita tidak tahu diri, sembarangan saja mengaku sebagai ibuku,” kata Malin Kundang kepada ibunya. Malin Kundang rupanya pura-pura tidak mengenali ibunya, dia malu lantaran ibunya sudah tua dengan memakai busana nan compang-camping.

“Wanita itu ibumu?” tanya istri Malin Kundang.

“Tidak, dia hanya seorang peminta-minta nan pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan hartaku,” sahut Malin Kundang kepada istrinya.

Sang ibu nan mendengar perkataan tersebut dan diperlakukan semena-mena oleh anak kandungnya sendiri, lantas merasa sedih sekaligus marah.

Ia tidak menduga bahwa anak semata wayang nan sangat dia sayangi sekarang berubah menjadi anak durhaka nan tidak mengenali ibunya sendiri. Tak lama kapal Malin Kundang kemudian perlahan menjauhi tepi pantai.

Karena kesedihan dan kemarahannya nan memuncak, ibu Malin Kundang kemudian menengadahkan kedua tangannya sembari berdoa, “Ya Allah nan Maha Kuasa, jika dia bukan anakku, saya bakal mengampuni perbuatannya tadi. Tapi jika dia memang betul anakku, Malin Kundang, saya minta keadilan-Mu.”

Seketika, tak lama setelah sang ibu bermohon kepada Allah, langit pun menjadi gelap. Angin tiba-tiba berdesir kencang dan terjadilah hujan badai. Kapal milik Malin Kundang nan sudah berlabuh langsung terkena petir besar, dan kemudian pecah dihantam gelombang besar. Bangkai kapal kemudian terempas ombak nan bergulung-gulung hingga ke tepi pantai.

Bersamaan dengan datangnya badai, tubuh Malin Kundang perlahan-lahan menjadi kaku dan lama kelamaan berubah menjadi sebuah batu.

Saat mentari pagi mulai memancarkan sinarnya, hujan angin besar telah reda. Di kaki bukti, tampaklah kepingan kapal nan telah menjadi batu.

Tak jauh dari sana, tampak sebuah batu nan menyerupai sosok manusia. Konon katanya, itulah tubuh Malin Kundang, si anak durhaka nan terkena kutukan akibat tak mau mengenali ibu kandungnya sendiri.

4. Contoh cerita sage fiksi Legenda Joko Tingkir

Nama original Joko Tingkir adalah Mas Karebet, nan merupakan raja pertama kerajaan Pajang dengan gelar Sultan Hadiwijaya. Ayahnya Ki Ageng Pangging nan dikenal dengan julukan Kebo Kenongo dihukum meninggal oleh kerajaan Demak, lantaran dituduh sebagai pemberontak. Sementara sang ibu Nyai Ageng Pengging sudah meninggal lantaran sakit.

Setelah yatim piatu, Mas Karebet diasuh oleh Nyai Ageng Tingkir, dan dijuluki Joko Tingkir. Joko Tinggir tumbuh menjadi pemuda nan gagah berani, dan suka bertapa. Ia juga pernah belajar kepada Sunan Kalijaga dan Ki Ageng Sela.

Joko Tingkir mengabdikan dirinya di kerajaan Demak atas saran dari Sunan Kalijaga. Dia tinggal di rumah kerabat dari Nyi Ageng Tingkir, ialah perawat Masjid Agung Demak dan berkedudukan lurah ganjur, ialah Kyai Gandasmustaka. Joko Tingkir kemudian terpilih menjadi kepala prajurit Demak nan berkedudukan lurah wiratama, lantaran dia pandai menarik simpati Sultan Trenggono.

Suatu hari, Joko Tingkir bekerja menyeleksi calon prajurit nan bakal dimasukkan ke dalam golongan prajuritnya. Salah satu calon prajurit itu adalah Dadungawuk, nan sombong dan sering memamerkan kesaktiannya. Karena kesombongannya itu, Joko Tingkir beriktikad menguji kesaktian Dadungawuk dengan tusuk Konde. Tapi ternyata, Dadungawuk langsung tewas seketika. Joko Tingkir lampau dipecat oleh Sultan Trenggono dan diusir dari Demak lantaran kejadian itu.

Joko Tingkir kemudian pergi dari demak dan belajar kepada kerabat ayahnya, ialah Ki Ageng Banyubiru alias Ki Kebo Kanigoro. Setelah dia merasa cukup menyerap ilmu, Joko Tingkir kembali ke Demak berbareng ketiga siswa Ki Ageng Banyubiru, ialah Mas Manca, Mas Wila, dan Wragil. Dalam perjalanan menyeberangi sungai Kedung Srengenge menggunakan rakit, mereka diserang siluman buaya. Tetapi, siluman buaya itu dikalahkan oleh murid-murid Ki Ageng Banyubiru. Akhir cerita, siluman Buaya itu membantu mendorong rakit milik Joko Tingkir hingga ke seberang tujuan.

Cerita dilanjutkan saat Joko Tingkir mencoba mencari simpati dari Sultan Trenggono nan saat itu sedang berekreasi di Gunung Prawoto. Sultan Trenggono melepas seekor kerbau gila nan dinamai Kebo Danu. Kebau tersebut mengamuk setelah diberi mantra oleh Joko Tingkir, di mana dia memberi tanah kuburan di bagian telinga kerbau. Tidak ada nan bisa menghentikan Kerbau teresebut.

Joko Tingkir muncul dan menghadapi kerbau gila itu, dan dikalahkan dengan mudah. Atas kejadian itu, Sultan Trenggono kembali mengangkat Joko Tingkir menjadi lurah wiratama.

5. Contoh cerita sage dongeng Legenda Danau Toba

Pada era dahulu, di sebuah desa di Sumatera Utara hiduplah petani berjulukan Toba. Ia hidup sebatang kara. Setiap hari dia bekerja dengan menggarap sawah dan mencari ikan di sungai. Hal ini dia lakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Suatu waktu, Toba memutuskan pergi ke sungai di dekat rumahnya untuk mencari ikan sebagai lauk makannya hari ini. Berbekal sebuah kail, umpan, dan tempat ikan, Toba langsung menuju ke sungai. Sesampainya di sana, Toba melemparkan kailnya.

Sembari menunggu, Toba lantas bermohon “Ya Allah, semoga hari ini saya mendapatkan ikan nan banyak.” Seolah doanya dijawab oleh Allah, tak lama kail nan dilemparkannya terlihat bergoyang-goyang. Toba segera menarik kail tersebut dan dia kegirangan lantaran rupanya ikan nan di dapatnya kali ini sangat besar.

Sesaat Toba memandangi ikan hasil tangkapannya itu, alangkah terkejutnya dia ketika ikan tersebut dapat berbicara.

“Tolong aku! Jangan makan aku! Biarkan saya hidup.” Ucap ikan tersebut.

Toba lagi-lagi terkejut lantaran ikan tersebut tiba-tiba berubah menjadi seorang wanita nan cantik.

“Jangan takut, saya tidak bakal menyakitimu” kata si ikan lagi.

“Siapakah Anda ini sebenarnya? Bukankah Anda seekor ikan?” tanya Toba.

“Aku sebenarnya adalah seorang putri nan dikutuk lantaran telah melanggar patokan kerajaan,” ujar wanita elok tersebut.

“Terima kasih kau sudah membebaskanku dari kutukan tersebut. Sebagai imbalannya, saya bersedia kau jadikan sebagai istri.”

Tanpa pikir lama, Toba langsung menyetujui perihal tersebut. “Baiklah, saya setuju” ucapnya.

Sebelum melakukan pernikahan dengan Toba, wanita tersebut lantas mengusulkan satu syarat sebagai permintaan. “Kamu kudu berjanji untuk tidak menceritakan asal-usulku nan berasal dari seekor ikan kepada siapa pun.” Ujar calon istri Toba.

“Jika Anda melanggar janji tersebut, niscaya bakal terjadi sebuah malapetaka nan sangat dahsyat.”

Mendengar perihal tersebut, Toba lantas berjanji untuk tidak memberitahukan asal usul istrinya kepada siapa pun.

Tak lama setelah mereka menikah, Toba dan istrinya dikaruniai seorang anak laki-laki nan diberi nama Samosir.

Anak mereka tumbuh menjadi anak nan sangat tampan dan kuat, namun ada kebiasaan Samosir nan membikin heran orang-orang. Samosir selalu merasa lapar dan tidak pernah merasa kenyang.

Suatu hari, Samosir mendapatkan tugas dari ibunya untuk mengantarkan makanan dan minuman ke sawah, tempat ayahnya sedang bekerja.

Tugas nan diberikan oleh ibunya rupanya tak pernah dipenuhi oleh Samosir. Semua makanan nan semestinya dilahap oleh ayahnya dihabiskan oleh Samosir. Setelah itu, dia tertidur di sebuah gubug.

Sementara ayahnya lantaran sudah tidak kuat menahan lapar, akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalanan pulang, Toba memandang anaknya sedang tertidur di gubug. Ia langsung membangunkan anaknya “Hei Samosir, bangun!” teriaknya.

Ia kemudian langsung bertanya pada anaknya, “Mana makanan untuk Ayah?”

“Sudah lenyap kumakan” jawab Samosir.

Mendengar perihal tersebut, Toba murka dan memarahi anaknya. “Anak tidak tahu diuntung! Dasar anak ikan!” umpat Toba tanpa sadar bahwa dia telah melanggar janjinya kepada sang istri.

Setelah mengucapkan perihal tersebut dan melanggar janjinya, dari jejak injakan kaki toba tiba-tiba menyemburlah mata air nan sangat deras disertai dengan turunnya hujan dan petir. Sementara anak dan istri toba menghilang seketika sejak itu.

Tidak butuh waktu lama, air meluap sangat tinggi dan luas hingga membentuk sebuah danau.

Danau tersebut sekarang dikenal dengan nama Danau Toba. Sementara pulau nan berada di tengahnya dinamakan Pulau Samosir nan konon merupakan anak dari Toba.

Itulah beberapa kumpulan contoh cerita sage nan menarik dan terkenal di Indonesia. Cerita sage merupakan sumber belajar nan berbobot bagi anak-anak. Dengan menceritakan cerita-cerita ini kepada anak, Bunda dapat membantu mereka belajar tentang nilai-nilai moral dan kehidupan nan penting. Semoga bermanfaat, ya, Bunda!

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda