Arbovirus adalah penyakit nan disebabkan nyamuk. Misalnya malaria, demam berdarah, chikungunya, dan lain-lain. Angka kejadian penyakit Arbovirus di Indonesia meningkat beberapa waktu terakhir. DBD saja per minggu ke-14 di bulan April 2024 tercatat 60.296 kasus dengan 455 kematian, naik dari tahun sebelumnya di minggu ke-17 ialah 28.579 kasus dengan 209 kematian.

 

Dalam rangka mencari upaya strategis secara dunia dalam menanggulangi penyakit lantaran nyamuk, diselenggarakan Arbovirus Global Summit alias International Arbovirus Summit. Tahun ini, Kementerian Kesehatan Indonesia dan Kementerian Kesehatan Brasil bertindak sebagai tuan rumah untuk aktivitas nan berjalan di Bali pada tanggal 25-27 April 2024.

 

Arbovirus Global Summit merupakan inisiatif dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan GISAID dan bermaksud untuk mengatasi lonjakan penyakit virus nan ditularkan oleh nyamuk nan mulai mengkhawatirkan di seluruh dunia, khususnya jangkitan demam berdarah nan meningkat tajam di Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Timur Tengah beberapa waktu terakhir.

 

Ir. Budi Gunadi Sadikin, selaku Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dalam sambutannya menyampaikan, bahwa kita perlu menyusun strategi untuk mengatasi masalah Arbovirosis. Acara Arbovirus Summit Indonesia 2024 merupakan penerapan kerjasama internasional dalam membantu negara-negara meningkatkan kesiapan, pencegahan, dan penanganan Arbovirus.

 

“Setidaknya ada lima perihal nan menjadi konsentrasi dalam menangani penyakit menular seperti penyakit arbovirosis. Pertama, edukasi dan training bagi publik tentang gimana menghindari penyakit-penyakit menular. Melalui edukasi dan pemahaman nan cukup, masyarakat kita menjadi tahu apa nan kudu dilakukan dan dihindari, untuk mencegah penularan lebih lanjut. Kedua, nan juga menjadi kunci, adalah vektor kontrol. Ketiga adalah pengawasan/surveillance nan kuat. Keempat adalah vaksin, dan nan kelima adalah terapeutik, alias obat andaikan ada nan terinfeksi,” jelasnya.

 

Prioritaskan Vaksin

Sementara itu, Emanuel Melkiades Laka Lena, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, mengemukakan bahwa pemerintah mempunyai peran krusial dalam membentuk pendekatan Indonesia dalam penerapan vaksin dan strategi kesehatan masyarakat, terutama dalam mengatasi tantangan seperti DBD.

 

“Menurut saya, sangat krusial untuk memprioritaskan vaksin berasas kebutuhan kesehatan masyarakat, beban penyakit, dan sumber daya nan tersedia. Kita mempunyai Program Imunisasi Nasional di Indonesia. Keputusan untuk memasukkan vaksin baru ke dalam Program Imunisasi Nasional kudu dipandu oleh bukti ilmiah, kajian efektivitas biaya, dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan nan relevan,” jelas Emanuel.

 

Ia menambahkan, agar vaksin lebih efektif, krusial untuk mengarahkannya ke kelompok-kelompok nan berisiko tinggi dan daerah-daerah di mana penyakit ini sering terjadi. Penting juga untuk melibatkan masyarakat secara efektif.

 

Dr. Ida Safitri Laksanawati, SpA(K), Dokter Spesialis Anak dari Universitas Gajah Mada (UGM), menyampaikan bahwa pemberian vaksinasi untuk pencegahan DBD dapat menjadi salah satu solusi untuk memberikan perlindungan nan lebih menyeluruh bagi family di Indonesia.

 

“Vaksin dengue sudah tersedia di Indonesia sejak tahun 2016. Vaksin tersedia di Indonesia dapat diberikan kepada golongan usia 6-45 tahun. Vaksin Dengue telah melalui proses penelitian dan pengembangan sedemikian rupa, serta telah mendapatkan pertimbangan dari otoritas kesehatan terkait, seperti BPOM, dengan hasil nan menunjukkan profil efikasi dan keamanan nan dapat diterima pada rentang usia tersebut,” jelas dr. Ida.

 

PT Takeda Innovative Medicines mengumumkan dukungannya terhadap penyelenggaraan International Arbovirus Summit 2024. Dr. Nikki Kitikiti, Vaccine Policy, Takeda Pharmaceuticals International, menegaskan, "Demam berdarah dengue menimbulkan beban nan signifikan bagi keluarga, sistem kesehatan, dan ekonomi. Mengingat DBD dapat menjangkit siapa saja, tanpa pandang bulu, penanggulangan DBD memerlukan pendekatan nan terintegrasi dan kemitraan lintas-sektor nan kuat. Untuk itu, kami sangat ceria dapat memberikan kontribusi kami pada aktivitas International Arbovirus Summit 2024 ini,  dan mendukung pemerintah untuk merumuskan strategi  pengendalian penyakit arbovirus, termasuk DBD. Melalui inisiatif ini, kami berambisi apa nan kita lakukan ini dapat memuluskan jalan kita untuk mencapai tujuan WHO ‘nol kematian akibat akibat DBD’ pada tahun 2030," papar Dr. Nikki.