Benarkah Mpasi Bayi Pakai Bahan Organik Jadi Lebih Bergizi?

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta -

Kini, semakin banyak orang tua nan memilih untuk memberikan makanan organik kepada anak, terutama pada masa MPASI. Banyak nan mengira itu lebih sehat dan alami.

Selain itu, masyarakat memilih makanan organik lantaran beragam alasan, termasuk rasa, pertimbangan lingkungan, dan kepedulian terhadap kesejahteraan hewan. Namun, argumen paling umum untuk memberikannya kepada anak-anak adalah kepercayaan bahwa itu lebih sehat dan lantaran itu lebih baik bagi mereka. Benarkah demikian?

Mengutip dari Made for Mums, perbedaan utama antara makanan organik dan non organik adalah makanan organik mengandung lebih sedikit residu pestisida dibandingkan makanan nan ditanam secara konvensional.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Selain itu, makanan organik tidak diperbolehkan mengandung pewarna, perasa alias pemanis buatan, alias bahan hasil rekayasa genetika (GM).

Daging organik penekanan lebih besar diberikan pada kesejahteraan hewan. Antibiotik tidak secara rutin ditambahkan ke pakan ternak, seperti halnya peternakan hewan konvensional, lantaran terdapat kekhawatiran bahwa praktik tersebut menyebabkan resistensi terhadap antibiotik pada manusia.

Benarkah Bahan Makanan Organik Lebih Bergizi?

Amelia McBride, MS, CD, mahir diet anak di Rumah Sakit Intermountain Riverton di Riverton, UT menjelaskan jika bahan organik tidak lebih bergizi dari nan lain. "Dari perspektif pandang nutrisi, pilihan organik tidak lebih bergizi, dan biaya dapat menjadi halangan bagi beberapa keluarga," ujarnya.

Sebuah penelitian di Universitas Stanford menemukan bahwa makanan bayi organik mempunyai akibat kontaminasi pestisida nan lebih rendah. Namun, makanan bayi konvensional jarang melampaui pemisah pestisida nan ditetapkan oleh EPA (Badan Perlindungan Lingkungan AS).

“Jika metode produksi organik krusial bagi Anda dari perspektif pandang lingkungan, Anda mungkin merasa bahwa organik sepadan dengan biaya tambahannya,” tambah Amelia. 

Bagaimana dengan Makanan Olahan Organik?

Argumen untuk membeli makanan organik olahan tidak semeyakinkan argumen untuk membeli makanan organik segar. Hal ini lantaran proses pengolahan itu menghancurkan beberapa residu dalam makanan segar, sehingga hanya menyisakan sedikit sisa pada produk akhir.

Misalnya, residu pestisida tidak pernah ditemukan pada pasta nan diproduksi secara konvensional, sehingga orang mungkin mempertanyakan perlunya membeli pasta organik.

Lalu, untuk sereal sarapan, produk non-organik sebenarnya bisa menjadi pilihan nan lebih baik untuk anak-anak, lantaran tambahan vitamin dan mineral tidak diperbolehkan dalam varietas organik, Bunda.

Namun, banyak makanan olahan organik, seperti makanan siap saji anak, kacang panggang, sosis, keripik, dan biskuit, tetap mengandung kadar gula, lemak, alias garam nan tinggi, sehingga sebaiknya hanya dimakan sesekali.

Makanan organik belum tentu lebih bergizi dalam perihal vitamin dan mineral nan diberikannya untuk bayi dibandingkan makanan non-organik. Penelitian saat ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan krusial kandungan nutrisi pangan organik dibandingkan pangan nan dibudidayakan secara intensif.

Hal nan terpenting adalah memberi bayi makanan nan bervariasi dan bergizi, baik organik alias tidak.

Jaga Hubungan nan Sehat dengan Makanan

Dilansir dari laman Unicef, mempunyai pola pikir sehat seputar makan adalah kunci kesehatan seumur hidup dan melindungi terhadap penyakit seperti penyakit jantung, kanker, dan diabetes. Bunda dapat membantu membimbing anak dengan:

  • Membantu mereka memahami apakah mereka lapar secara fisik. Ini bakal membantu mereka menjadi selaras dengan kebutuhan tubuh mereka.
  • Menjauhi penggunaan makanan sebagai bingkisan alias hukuman. Menggunakan makanan dengan langkah seperti ini dapat menyebabkan anak mempunyai hubungan nan tidak sehat dengan makanan.
  • Tidak melarang makanan tertentu. Justru jika kita melarang makanan bisa membikin anak semakin menginginkannya. Mengingat, keingintahuan anak di usia awal sangat tinggi. Bunda hanya perlu membatasi gelombang menyantap makanan tersebut.

Daripada mengatakan tidak pada makanan dan minuman tidak sehat nan tinggi lemak tidak sehat, garam dan gula (misalnya gorengan, pancake/martabak manis kental manis, coklat, permen, minuman soda, keripik kentang), batasi ukuran porsinya dan menciptakan ekspektasi untuk jarang mengonsumsinya (yaitu tidak setiap hari).

Bicarakan dengan anak kenapa makanan tertentu merupakan pilihan nan lebih baik dibandingkan makanan lainnya. Misalnya, jika anak menginginkan sesuatu nan manis, jelaskan kenapa makanan utuh dengan gula alami seperti sepotong buah adalah pilihan nan lebih baik dibandingkan makanan olahan seperti sereal manis dengan tambahan gula.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda