Pelayanan medis ini sudah menjadi industri. Semua negara berlomba-lomba menawarkan kecanggihan rumah sakitnya demi mendatangkan pasien dari luar negeri. Kita mengenalnya dengan wisata medis. Untuk masyarakat Indonesia, wisata medis ke negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia adalah perihal nan biasa.

 

Presiden Joko Widodo pernah menyatakan bahwa setiap tahun nyaris 2 juta penduduk negara Indonesia berobat ke luar negeri dan menghabiskan sekitar 100 triliun lebih dalam setahun. Hal ini sangat disayangkan namun juga menjadi cemeti bagi pelayanan kesehatan di dalam negeri untuk berbenah.

 

Pasien Menginginkan Pelayanan nan Nyaman

VP Bethsaida Hospital, Iwan A. Setiawan, dalam konvensi pers pembukaan akomodasi baru di Bethsaida Hospital, Senin, 22 April 2024, menjelaskan bahwa pasar industri kesehatan sekarang berubah, di mana pasien memerlukan dokter yang kompeten terutama master sub-spesialis, perangkat medis modern, dan kenyamanan saat berobat.

 

“Rumah sakit mau tidak mau kudu memenuhi kemauan pasar tersebut. Apalagi di Bethsaida Hospital, setiap tahun pasien tumbuh 18% baik pasien rawat jalan maupun rawat inap,” jelasnya.

 

Bertambahnya jumlah kunjungan pasien ke Bethsaida Hospita, tambahnya, tentu kudu dibarengi dengan perbaikan dalam pelayanan. Oleh lantaran itu, rumah sakit nan sudah beraksi sejak 12 Desember 2012, terus melakukan peningkatan kualitas dan akomodasi untuk menghadirkan jasa kesehatan terbaik bagi masyarakat.

 

Di tahun 2024, pihak manajemen sudah membikin perubahan nan signifikan. “Dalam rangka meningkatkan layanan, kami melakukan pembaharuan di banyak hal,”papar  Dr. Pitono Yap, Direktur Bethsaida Hospital.

 

Rumah sakit nan berada di Gading Serpong ini melakukan beragam peningkatan jasa dan akomodasi rumah sakit. Dimulai dari lobi utama nan lebih modern dan mewah, dengan meja-meja registrasi nan terpisah antara rawat inap dan rawat jalan. Ruang tunggu di lobi utama pun dibuat nyaman. Bahkan di sini ada area VIP Lounge dengan ruang tunggu eksklusif nan mempunyai privasi tinggi dengan adanya akses Face Recognition di setiap pintu.

 

Namun, menurut dr. Pitono, revitalisasi nan terpenting adalah dari akomodasi perawatan ialah di IGD. Intalasi Gawat Darurat adalah jantung dari sebuah rumah sakit, di mana pasien darurat kudu mendapatkan pelayanan secepat mungkin. “Kami menambah kapabilitas tempat tidur dengan peralatan baru nan lebih bagus, termasuk unit ambulance baru nan terintegrasi,” jelasnya.

 

Pembenahan juga dilakukan secara masif di beberapa Center of Excellence Bethsaida Hospital, ialah Dental Center (Gigi & Mulut), Women Health Center (Kebidanan & Kandungan), serta Heart & Vascular Center (Jantung & Pembuluh Darah). Semua center ini sudah menerapkan sistem klaster di mana pelayanan tersentralisasi mulai dari pendaftaran, pembayaran, farmasi, area ruang tunggu, area konsultasi, hingga area perawatan.

 

Peralatan Medis Modern dan Komunikasi Dokter dan Pasien

Salah satu argumen pasien berobat ke luar negeri adalah mencari pemeriksaan dan perawatan nan lebih jeli dan cepat. Jika bicara pemeriksaan penyakit, maka teknologi menjadi solusinya.

 

Bethsaida Hospital Gading Serpong juga memperbarui akomodasi penunjang dengan teknologi terbaru, melalui pengadaan perangkat diagnostik canggih dan merupakan nan pertama di Indonesia, ialah CT Scan Revolution Apex Elite 512 Slice, nan menghadirkan gambaran organ tubuh dengan resolusi tinggi dengan perincian terbaik untuk pemeriksaan nan tepat, serta merupakan nan pertama di Indonesia.

 

Kemudian perangkat Mobile X-Ray AMX Navigate yang memungkinkan pemeriksaan pasien dengan kondisi non-transportable (pasien nan tidak dapat dipindahkan) dan telah dilengkapi dengan teknologi kepintaran buatan (AI). Untuk pendukung tindakan operasi, juga dihadirkan perangkat C-Arm OEC Elite yang dapat memberikan visualisasi jeli dan tepat pada beragam prosedur medis, serta Cath Lab Allia IGS 520 with Autoright yang mempunyai sistem canggih dengan kepintaran buatan (AI) untuk prosedur intervensi diberbagai bagian medis nan dapat mengoptimalkan kualitas gambar secara otomatis dan mengurangi paparan radiasi bagi pasien.

 

“Pembaharuan fasilitas dan teknologi medis nan kami lakukan, bermaksud untuk memberikan pemeriksaan medis nan lebih tepat dan akurat, sehingga bisa meningkatkan nomor kesembuhan pasien melalui penanganan medis nan sesuai dengan keluhan alias penyakit nan dialami,” jelas dr. Pitono.

 

Selain peralatan medis dan sarana pelayanan nan nyaman, komunikasi nan jelek antara pasien dengan master adalah perihal nan bisa membikin pasien lari ke lura negeri. Banyak keluhan, pasien hanya bisa berkonsultasi dengan master tidak sampai 5 menit dan tidak ada penjelasan komplit tentang penyakitnya.

 

“Komunikasi antara master dan pasien juga kudu terus diperbaiki. Untungya, master sekarang tahu bahwa komunikasi dengan pasien itu penting. Karena hak pasien untuk memilih dokter. Jadi kami mengupayakan agar semua pasien nan datang bisa mendapatkan penjelasan sejelas-jelasnya dari dokter,” pungkas dr. Pitono.

 

M.Nawawi, Presiden Direktur PT.Bethsaida Hospital International menambahkan, “Saat ini industri kesehatan di Indonesia semakin dituntut untuk berinovasi dan berkembang demi memenuhi kebutuhan masyarakat nan juga semakin sadar bakal pentingnya kesehatan. Beberapa waktu lampau Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa Indonesia kehilangan devisa negara hingga 170 triliun per tahun lantaran tingginya nomor masyarakat nan berobat keluar negeri.”