9 Contoh Cerita Jenaka Yang Pendek Untuk Anak Sekolah, Lucu Mengundang Tawa

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Cerita jenaka merupakan salah satu cerita nan mudah dipahami dan pastinya disukai oleh anak-anak. Tidak hanya lantaran lucu, namun cerita jenaka juga menyelipkan pesan-pesan moral tentang kehidupan nan bisa menjadi pelajaran berbobot untuk anak-anak. 

Contoh cerita jenaka untuk anak nan terkenal di antaranya itu kisah Abu Nawas, Pak Pandir, dan Pak Lebai. Cerita-cerita tersebut dapat menjadi pilihan nan tepat bagi Bunda untuk mengisi waktu senggang anak dengan membantu mereka belajar tentang nilai-nilai moral seperti kejujuran, kecerdasan, persahabatan, alias kerja sama. 

Nah, Bunda, apa saja cerita jenaka alias kocak lainnya nan cocok dan mudah dipahami oleh Si Kecil? Yuk, simak kumpulan cerita jenaka singkat berikut ini, ya!

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Mengenal cerita jenaka

Mengutip dari kitab Mengenal Sastra Lama (2015), cerita jenaka adalah cerita nan mengungkapkan hal-hal nan kocak nan ada dalam diri tokoh-tokohnya. Kelucuan dalam cerita jenaka biasanya muncul lantaran kegoblokan maupun kecerdikan si tokoh cerita. Selain itu, dalam cerita jenaka, biasanya ada tokoh nan selalu beruntung, tetapi juga ada tokoh nan mengalami kesialan.

Cerita jenaka berkarakter menghibur, bakal tetapi juga diselipkan pesan-pesan moral tertentu tentang nilai-nilai kehidupan. Cerita jenaka tak hanya ada di Indonesia, melainkan juga beredar di beragam negara. Beberapa cerita jenaka terkenal nan mungkin tidak asing bagi Bunda di antaranya ialah dongeng Abu Nawas. 

Ciri-ciri cerita jenaka

Adapun cerita jenaka mempunyai ciri-ciri nan bisa dilihat dari struktur ceritanya, ialah sebagai berikut:

  • Mengandung unsur lawakyang membangkitkan tawa.
  • Isi cerita menggambarkan kelucuan alias kegoblokan tokoh utama berasas sifat dan tindakannya.
  • Terdapat tokoh-tokoh seperti si pintar, si cerdik, si bodoh, dan lain-lain.
  • Cerita jenaka seringkali dijadikan sebagai sarana intermezo bagi pembacanya.

Kumpulan contoh jenaka nan pendek untuk anak sekolah

Berikut kumpulan contoh cerita jenaka untuk anak sekolah nan kocak dan menghibur serta mengandung pesan moral nan berharga.

1. Contoh cerita jenaka: Abu Nawas nan Ingin Menjual Matahari

Dikisahkan kala itu sejumlah masyarakat Baghdad berkumpul di depan istana Khalifah Harun Al-Rasyid. Sebagian berteriak dan meminta agar Abu Nawas ditangkap.

Para masyarakat protes lantaran iklan raksasa milik Abu Nawas nan dipasang di depan rumahnya nan berbunyi, "Dijual Cepat: Matahari Baghdad, Siapa Cepat Dapat Bonus Anak Unta"

Penduduk lainnya merasa panik dan kasak-kusuk di depan istana. Mereka takut sekaligus bingung, jika Matahari Baghdad dijual maka gimana mereka bisa hidup?

"Abu Nawas Anda serius mau menjual Matahari?" tanya Khalifah Harun Al-Rasyid sembari mengawasi massa nan membludak di depan istananya.

"Benar baginda, agar kita bisa ikut langkah mereka menggunakan otak," jawab Abu Nawas.

"Maksudnya?" Khalifah kembali bertanya.

"Begini baginda, apakah baginda senang prasarana di Baghdad terbangun dahsyat di era baginda? Baginda bangga bisa menjadi teladan buat rakyat bahwa selama menjabat jadi khalifah baginda tidak korupsi? Baginda senang tidak mempertontonkan keserakahan dengan menguasai ratusan ribu hektar padang pasir, padahal baginda bisa melakukannya dengan kekuasaan nan sekarang baginda genggam?" beber Abu Nawas.

Khalifah Harun Al-Rasyid nan bingung lantas meminta Abu Nawas untuk menjelaskan maksud dari ucapannya.

"Abu Nawas, coba ke inti masalah!"

"Jika baginda turun dan tanya massa nan sekarang berdemonstrasi itu, ketahuilah bahwa mereka bakal menjawab buat apa bangun infrastruktur, prasarana tidak bisa dimakan! Jadi, jalan-jalan mulus nan baginda bangun selama ini, puluhan waduk nan baginda banggakan, lapangan terbang, rel kereta api di Korramabad, pasar-pasar di Kirkuk, itu semua percuma, tak bisa dimakan!" kata Abu Nawas menjelaskan.

Khalifah Harun Al-Rasyid terdiam.

"Baginda bangga tidak korupsi? Anak baginda jual pisang goreng? Itu malah membikin mereka marah dan cemburu. Buat mereka baginda mestinya korupsi agar mereka tak repot-repot lagi bikin rumor tak masuk akal, misalnya baginda keturunan Mongolia, baginda memusuhi ulama, baginda membiarkan partai Ba'ts nan sudah dilarang tumbuh lagi, wah pokoknya banyak baginda,"

"Lalu apa hubungannya dengan menjual Matahari?" tanya Khalifah Harun Al-Rasyid.

Abu Nawas kemudian menjelaskan apa nan dianggap Khalifah Harun sebagai prestasi nasional justru dianggap pemborosan dan membebani negara lantaran mereka terbiasa memandang prestasi nan ada di ruang gelap. Di ruang gelap, gadis elok tak terlihat, sebatang emas bisa dianggap besi.

"Tapi jika pun mata mereka tak memandang di ruang gelap, bukankah telinga mereka mendengar, hati mereka terbuka? Bagaimana mungkin mereka menuduhku memusuhi ustadz padahal wakilku sekarang adalah ustadz besar? Jika pun mereka tak suka aku, bukankah kepada mereka sekarang saya sodorkan ustadz nan dulu mereka klaim mereka bela? Mengapa sekarang mereka tinggalkan?"

Abu Nawas kemudian berkata, "Baginda, itulah enaknya memandang bumi di ruang gelap sembari terbalik. Kita bisa menikmati apa nan mereka nikmati selama ini. Baginda tidak capek berpikir rasional?"

Khalifah Harun Al-Rasyid kembali terdiam, Abu Nawas lanjut menjelaskan.

"Percayalah baginda, hanya dengan memandang segala sesuatu di kegelapan, baginda bakal mengerti kenapa selama ini mereka memandang prasarana megah, pemerataan pembangunan di wilayah tertinggal, semuanya sama sekali tidak berfaedah lantaran tak bisa dimakan. Mohon jangan katakan, 'infrastruktur memang tak bisa dimakan, tapi dengan prasarana kita semakin mudah cari makan,' itu langkah berpikir logis dan normal, paduka,"

Massa di depan istana semakin membludak. Khalifah Harun Al-Rasyid tetap diam, dia lantas memberi isyarat membenarkan ucapan Abu Nawas.

"Jadi, boleh saya menjual Matahari?"

Kisah ini menunjukkan Abu Nawas sebagai pribadi nan pandai dan peduli. Mimpi tak bakal nyata lantaran keajaiban, butuh keringat, kebulatan tekad dan kerja keras untuk mewujudkannya.

2. Contoh cerita jenaka pendek Pak Pandir

Di sebuah kota nan terletak di sebelah timur kota Baghdad, hiduplah seorang laki-laki nan dipanggil Pak Pandir. Ia dipanggil dengan julukan “pandir” lantaran mudah percaya apa pun perkataan orang. Bahkan, anak-anak mini sering mempermainkannya. 

Suatu hari, Pak Pandir Ingin menjual kambing dan menampungnya ke kota. Untuk sampai ke kota, dia kudu menempuh perjalanan jauh. Pak Pandir juga membawa beberapa helai baju dan perlengkapan minum. Supaya kedua peliharaannya tidak tercecer alias lepas di jalan, dia mengikat kambing tersebut di ekornya. Pak Pandir juga menggantungkan lonceng di leher kambingnya.

"Selama lonceng itu tetap bersuara berfaedah kambingku tetap aman," pikirnya. Di tempat lain, tiga orang penyamun siap menghadangnya. "Aku bakal ambil kambingnya, kau ambil keledainya, dan kau ambillah baju kumalnya," kata penyamun pertama.

Di tempat nan rimbun dan tersembunyi, penyamun pertama menunggu Pak Pandir. Ketika Pak Pandir lewat, diam-diam dia memutus tali nan mengikat kambing di ekornya, lampau lonceng di leher kambing dia ikatkan di ekornya.

Lonceng tetap berbunyi, Pak Pandir berpikir bahwa kambingnya tetap ada. Namun, ketika dia menoleh ke belakang, sungguh terkejutnya dia ketika menyadari kambingnya sudah tidak ada. la duduk dan menangis keras.

Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya. la adalah penyamun kedua.

"Hei, kenapa Anda menangis, Pak Tua?" sapa penyamun itu.

“Kambingku dicuri orang!” kata Pak Pandir

“Ah, itu kambingmu? Tadi saya memandang seorang laki-laki menyeret-nyeret kambing di dekat lapangan rumput. Larilah ke sana, Anda pasti tetap sempat mengejarnya, Pak Tua.”

"Betulkah? Baiklah, saya bakal mengejarnya. Tolong jaga dulu keledalku sampal saya kembali," kata Pak Pandir

"Baiklah," kata si penyamun dengan ramah. Pak Pandir memberikan ikatannya pada penyamun itu dan berlari ke arah nan ditunjuk orang asing itu padanya.

Ternyata, Pak Pandir tidak menemukan apa-apa. la kembali terkejut ketika kembali ke tempat dia menitipkan menenangkannya. Lelaki asing dan berkumpulnya juga sudah tidak ada. Segera dia sadar bahwa dia telah ditipu.

Tiada perihal lain nan bisa dia lakukan selain kembali ke desanya, la menempuh jalan kembali ke desanya dengan sedih.

Di perjalanan, dia mendengar bunyi orang menangis seperti dirinya. Seorang laki-laki sedang melolong di pinggir sebuah sumur. 

Mengapa kau menangis seperti Itu?" sapa Pak Pandir.

Laki-laki itu tersedu-sedu kemudian berkata, "Aku sedang mengalami masalah berat. Aku tadi melongok ke dalam sumur itu, tiba-tiba kantong-kantong permataku terjatuh ke dalamnya. Kau tahu Pak Tua, permata-permata itu milik penguasa negeri ini dan berbobot sangat tinggi. Aku pasti bakal dipenjarakan. Aku tak bisa mengambilnya ke dalam, saya tidak bisa berenang!”

Pak Pandir merasa iba. Saya merasa masalah nan dihadapinya tidak lebih berat daripada nan dialami laki-laki ini.

"Selain permata berbobot tinggi. di dalam kantong itu juga terdapat sepuluh keping emas. Aku bakal menghadiahkan kepingan emas itu bagi siapa saja nan bisa mengambilkan kantong permata itu untukku,” kata laki-laki itu lagi.

Pak Pandr tertarik dengan bingkisan nan dijanjikan. la bersedia mengambilkan kantong emas itu.

“Akan saya ambilkan kantung permata itu, tetapi saya tak mau bajuku basah. Maukah kau menjaga bajuku?” kata Pak Pandir. Laki-laki itu bersedia menjaga busana Pak Pandir. Mulailah Pak Pandir masuk ke dalam sumur. 

Beberapa saat di dalam sumur, Pak Pandir tidak menemukan apa-apa. Kemudian, dia kembali ke atas. Apa nan terjadi? Laki-laki itu sudah tidak ada di sana, begitu juga busana Pak Pandir. Barulah Pak Pandir sadar bahwa dia kembali tertipu. Laki-laki tersebut adalah penyamun ketiga.

Dengan pikiran kacau-balau, dia kembali ke desa dan menceritakan pengalamannya kepada siapa saja nan ditemuinya. Orang-orang nan mendengarnya, tertawa terpingkal-pingkal.

Semenjak itu, para tetangga sering mengundang Pak Pandir untuk menceritakan pengalamannya tersebut. la selalu disuguhi makanan enak. Ternyata pengalaman buruknya membawa untung baginya. la bisa mendapatkan makanan nan lezat dengan gratis.

3. Contoh cerita jenaka pendek untuk anak SD tentang Pak Belalang

Halban Cundung adalah sebuah negeri kaya nan dipimpin oleh Raja Indera Maya. Meski demikian, tidak lantas semua rakyatnya hidup sejahtera.

Dikisahkan di sebuah desa dalam kerajaan tersebut, hiduplah seorang laki-laki berjulukan Pak Belalang nan berada dalam kemiskinan lantaran kemalasannya. la lantas berpura-pura menjadi mahir nujum.

Karena beragam peristiwa nan terjadi secara kebetulan, dia sukses mènjawab pertanyaan-pertanyaan susah dan meramal suatu kejadian. Dari situlah dia mendapat hadiah berupa padi, jagung, ayam, dan bahan-bahan makanan lainnya. Singkat cerita, Pak Belalang menjadi kaya dan terkenal sebagai mahir nujum nan hebat.

Pada saat nan sama, Sang Raja sedang menghadapi persoalan nan besar. Peti-peti nan berisi kekayaan kekayaan kerajaan lenyap diambil orang. Sang Raja berupaya mengirimkan prajurit, telik sandi, apalagi para peramal untuk mencari keberadaan peti-pet tersebut namun tidak ada hasilnya.

Tidak ada satu orang pun nan dapat membantu Raja. Saat sang Raja sudah nyaris putus asa, tiba-tiba penasihat keraton terkenang dengan sosok Pak Belalang. Seorang mahir nujum nan konon bisa memecahkan beragam masalah di desanya. Setelah berbincang dengan Raja dan pejabat kerajaan lainnya, diputuskanlah untuk memanggil Pak Belalang ke istana.

"Pak Belalang" seru Raja indera sembari melangkah mondar-mandir

“Iya, Paduka Raja" jawab Pak Belalang sembari menundukkan kepala.

“Beberapa hari nan lalu, peti-peti nan berisi emas dan perhiasan kerajaan lenyap dicuri orang. Jumlahnya ada tujuh peti. Saya datangkan Anda ke sini untuk mencari di mana kekayaan itu. Kamu bakal saya beri hadiah nan besar Namun, jika kandas Anda bakal saya penjarakan” ujar Raja Indera. 

Pak Belalang hanya mengangguk ketakutan, Bagaimana mungkin mengetahui keberadaan pencuri itu, meramalkan nasibnya saja dia tak sanggup. Ingin rasanya Pak Belalang mengakui bahwa dia hanya berpura-pura menjadi mahir nujum. Namun, diurungkan niatnya, dia takut sang Raja semakin murka.

"Mohon maaf, Paduka izinkan hamba pulang ka desa terlebih dahulu. Kitab-kitab ramalan saya tertinggal di rumah semua. Hamba tidak bisa meramal tanpa kitab-kitab itu,” pinta Pak Belalang kepada Raja. la berupaya mengulur waktu mengatur siasat gimana langkah keluar dari persoalan itu. Pak Belalang betul-betul ketakutan, tapi dia berupaya tetap tenang menyelesaikan masalah.

Baiklah, Anda saya beri waktu satu minggu untuk ini. Tapi ingat, jangan sekali kali membohongi saya. Pengawal saya bakal dengan mudah menemukan keberadaanmu,” ancam sang Raja kepada Pak Belalang.

Pak Belalang pulang dengan hati gelisah. Kemana dia bakal mencari pencuri-pencuri itu. Sesampai di rumah, dia minta dimasakkan nan banyak kepada istrinya. Pak Belalang mau makan lezat agar pikirannya jernih.

Apalagi hari ini dia baru saja mendapat bayaran dari kerajaan. Meskipun terkesan garang, rupanya sang Raja sangat baik. la memberikan banyak bahan makanan kepada Pak Belalang

Sambil berebahan di dipan, Pok Belalang berpikir dan dia berbincang sendiri. Menghitung berapa makanan nan dimasak istrinya "Satu.. Dua… Tiga…” Terdengar bunyi adukan dimasukkan ke penggorengan, "Empat… Lima… Enam… Tujuh… Wah, banyak juga, ya" ujar Pak Belalang. Tiba-tiba saja, terdengar bunyi pintu diketuk. Pintu dibuka, masuklah beberapa orang nan tak dikenal, Wajah mereka pucat tampak sangat ketakutan,

"Tolong, Pak. Jangan laporkan kami kepada Raja. Kamilah orang nan mengambil peti-peti perhiasan itu. Kami bakal memberitahumu di mana kami menyimpannya. Tapi tolong jangan laporkan kami” ucap salah satu dari kawanan orang itu penuh rasa takut. 

Sementara Pak Belalang hanya terdiam. Mencoba menebak apa nan sebenarnya terjadi. Setelah tamu-tamunya tenang barulah dia berkata, "Bagaimana kalian tahu jika saya sedang mencari kalian?” 

“Pak Belalang orang dahsyat di desa ini. Tahu segalanya. Bahkan, saat kami datang, Pak Belalang sudah tahu dan menghitung jumlah kami, ialah tujuh orang. Sungguh, kami memuji kehebatan Bapak. Ampunilah kami” ujar salah satu ketua pencuri itu.

Setelah berdiskusi, mereka sepakat untuk menunjukkan di mana peti-peti itu disimpan. Pak Belalang pun menghadap sang Raja lampau menunjukkan di mana perhiasan itu berada. Setelah itu, Raja pun menghadiahi Pak Belalang dengan satu peti perhiasan dan hendak mengangkatnya menjadi mahir nujum negara. Namun, Pak Belalang menolak dengan argumen ilmunya telah musnah untuk menemukan para pencuri tersebut. Sebenarnya Pak Belalang takut kebohongannya bakal mendapat jawaban dari Tuhan.

Setelah peristiwa itu, Pak Balolong kembali ke desa. la menjual bingkisan nan diberikan raja untuk membeli sawah dan hewan ternak. Pak Belalang giat bekerja sebagai petani dan tak lagi meramal-ramal kejadian.

Ketika diminta support untuk meramal, Pak Belalang hanya menasihati dan menyarankan agar orang itu berpasrah kepada Tuhan. Semua nan terjadi di bumi ini atas kehendak Tuhan nan Maha Kuasa. Meskipun demikian, penduduk tetap menganggap dia sebagai mahir nujum nan sakti dan baik hati. 

4. Contoh cerita fabel jenaka tentang Musang Berjanggut

Alkisah, di wilayah Deli terdapat orang-orang istana nan licik. Hawa nafsu telah membikin orang-orang istana menjadi licik, menghalalkan segala cara, tidak mempunyai nilai diri, dan tak mempunyai rasa malu. Anehnya, ketika mereka saling tahu kebusukan masing-masing, mereka saling menyembunyikan, menutupi, dan saling mengikat.

Raja memerintahkan Cik Awang, suami Syarifah, wanita bermuka cantik, untuk mencari musang berjanggut. Jika tidak dapat, maka leher Cik Awang bakal dipenggal. Cik Awang resah lantaran tidak mungkin ada musang berjanggut. Namun, Syarifah paham, perintah Raja itu merupakan siasat untuk menyingkirkan suaminya dan menjadikannya istri.

Tidak hanya Raja nan menginginkan Syarifah, tapi diam-diam para menteri kerajaan, ialah Datuk Bendahara, Tumenggung, dan Datuk Hakim juga berupaya mendapatkan Syarifah. Mereka selalu bertandang dan merayu Syarifah. 

Hari itu, Datuk Hakim datang merayu Syarifah. Namun, tiba-tiba Si Kolok, pesuruh Syarifah, mengabarkan Tumenggung segera datang. Datuk Hakim ketakutan. Dia meminta Syarifah menyembunyikan dirinya. Syarifah memasukkan Datuk Hakim dalam peti meninggal dan mengunci dari luar.

Seperti Datuk Hakim, Tumenggung pun merayu Syarifah. Namun, tak lama kemudian dikabarkan Datuk Bendahara bakal datang. Tumenggung nan dalam struktur kedudukan lebih rendah, ketakutan. Dia minta Syarifah menyembunyikan dirinya. Syarifah menyarankan Tumenggung berdiri di pojok rumah, berpura-pura jadi patung hiasan. Tak ada pilihan Tumenggung setuju, meski tubuhnya sering gatal-gatal. Masuklah Datuk Bendahara. Dia juga melamar Syarifah. Namun, giliran Raja dikabarkan datang.

Datuk Bendahara takut separuh mati. Dia minta disembunyikan. Syarifah menyembunyikan Datuk Bendahara dalam gentong. Ketika Raja datang mau melamar Syarifah dengan langkah memaksa, para menteri itu tidak menerima dengan perlakuan raja Sampai kemudian, terjadi keributan. Dari dalam gentong, Datuk Bendahara diam-diam meraih buah-buahan nan dibawa Raja. Tak sengaja tangannya menyentuh patung Tumenggung. Tumenggung terperanjat dan berteriak. Semua jadi kacau. Rahasia Raja, Tumenggung, dan Bendahara terkuak.

Sementara Datuk Hakim tetap tak bersuara di peti mati. Ketika Raja menagih pada Cik Awang untuk menunjukkan musang berjanggut, Syarifah dan Cik Awang langsung membuka peti mati. Terlihatlah Datuk Hakim di sana. Raja, Tumenggung, dan Datuk Bendahara nan merasa rahasianya pun diketahui Datuk Hakim terkejut dan serempak membenarkan bahwa nan di dalam peti meninggal itu adalah musang berjanggut.

Untuk menutup rasa malu dan kebejatannya. Raja kemudian memuji dan memberikan kedudukan untuk Cik Awang nan sukses menemukan musang berjanggut.

5. Contoh cerita jenaka pendek tentang Lebai Malang

Alkisah seseorang berjulukan Pak Lebai nan hidup di tepi sungai di sebuah desa di wilayah Sumatera Barat. Pada suatu hari, dia mendapat undangan pesta dari dua orang kaya nan diadakan pada hari dan waktu nan bersamaan.

Pak Lebai bingung kudu mendatangi undangan nan mana, lantaran kedua undangan mempunyai untung dan kerugian masing-masing. la berpikir, jika dia pergi ke pesta di hulu sungai, tuan rumah bakal memberinya bingkisan dua ekor kepala kerbau. Namun la belum begitu kenal dengan tuan rumah tersebut dan masakan orang-orang hulu sungai tidak seenak orang hillr sungal. 

Tetapi, jika pergi ke pesta di hilir sungai, dia bakal mendapat bingkisan seekor kepala kerbau nan dimasak dengan enak. la juga kenal betul dengan tuan rumah tersebut. Bedanya lagi, tuan rumah di hulu sungai bakal memberi tamunya dengan tambahan kue-kue nan lezat. Akhirnya, itu dia mulai mengayuh perahunya, meskipun belum juga dapat memutuskan pesta mana nan bakal dipilih.

Dikayuhnya sampan menuju hulu sungai. Baru tiba di tengah perjalanan, la mengubah pikirannya. la berbalik mendayung perahunya ke arah hilir. Begitu nyaris sampai di desa hilir sungai, dia memandang beberapa tamu menuju hulu sungai. 

Tamu tersebut mengatakan bahwa kerbau nan disembelih di sana sangat kurus. la pun mengubah hadapan perahunya menuju hulu sungai. Setibanya di tepi desa hulu sungai, para tamu sudah beranjak pulang. Pesta di sana sudah selesai. Lalu, la cepat-cepat mengayuh perahunya menuju desa hilir sungai. Sayangnya, di sana pun pesta sudah berakhir.

Kedua pesta telah berakhir, Pak Lebai hanya tinggal menyesali kenapa dia tak menghadiri salah satunya, sehingga kerbau nan diinginkannya pun lenyap begitu saja. Padahal saat itu dia sangat lapar. Kemudian dia memutuskan untuk memancing ikan dan berburu. Lalu dia membawa bekal nasi dan tidak lupa dia pun membujuk anjing kesayangannya. Setibanya di sungai, dia mempersiapkan peralatan untuk memancing. 

Setelah menemukan tempat nan nyaman untuk memancing, Pak Liebai melemparkan kailnya ke tengah-tengah sungai. Dengan sabar dia menunggu kailnya dimakan ikan. Setelah memancing agak lama, kailnya dimakan ikan. Namun, kail itu menyangkut di dasar sungai. Pak Lebal pun terjun untuk mengambilkan tersebut.

Sayangnya, ikan itu dapat meloloskan diri. Sementara dia terjun, anjingnya menyantap nasi yang dibawanya. Akhirnya, dia menggigit jari dan tak ada lagi nan dapat dimakan untuk mengisi perutnya nan semakin keroncongan. Kemalangan telah menimpanya hingga diketahui banyak orang. Sejak saat itu, Pak Lebal mendapat julukan dari orang orang sekampung sebagai Pak Lebai Malang Perahu. 

6. Contoh cerita jenaka pendek untuk diceritakan ke anak tentang Sepeda Baru

Pak Rahmat terkenal sebagai sosok murah hati di kampungnya. Dia senang menolong sesama nan membutuhkan. Namun, Pak Rahmat kudu tahu dulu untuk apa duit alias support nan bakal dia berikan. Jika digunakan untuk hal-hal nan baik, Pak Rahmat tidak pernah merasa sayang memberikan bantuannya. Lain halnya, jika digunakan untuk hal-hal nan tidak baik, Pak Rahmat bakal enggan memberikan bantuan.

Suatu hari, Rudi, tetangga Pak Rahmat nan juga kawan sepermainan Arsyad, datang ke rumahnya. 

“Pak Rahmat.” kata Rudi setelah dipersilakan duduk. “Ada anak mini di kampung kita nan mau sepeda baru. Sayangnya, orang tua anak itu tidak punya uang. Kasihan betul anak itu! Keinginannya punya sepeda baru belum terpenuhi sehingga dia sangat sedih.”

Pak Rahmat merasa prihatin mendengar cerita Rudi.

“Benar begitu, Rud?”

“Benar, Pak,” Rudi menganggukan kepalanya. “Anak mini itu mau punya sepeda untuk pergi dan pulang sekolah. Keinginannya itu sampai terbawa dalam mimpinya!”
Pak Rahmat nan merasa iba, lantas memberikan sejumlah duit kepada Rudi. Uang itu untuk anak nan sangat menginginkan sepeda baru. 

“Bapak bahagia, Anda sangat peduli kepada sesama.” kata Pak Rahmat sembari menepuk-nepuk bahu Rudi. “Sebagai orang nan beriman, kita memang kudu seperti itu.”
Rudi terdiam. Kepalanya terangguk-angguk.

“Kalau Bapak boleh tahu,” kata Pak Rahmat lagi, “Siapa anak mini nan mau punya sepeda baru itu, Rud?”

“Anak mini itu… emmm… saya sendiri, Pak.”

Pak Rahmat hanya menggeleng-gelengkan kepala setelah mengetahui siapa sesungguhnya anak mini nan memerlukan sepeda baru itu! Namun, Pak Rahmat tidak merasa dibohongi oleh Rudi. Pak Rahmat juga tidak marah. Baginya, nan krusial dia dapat membantu sesama. 

7. Contoh cerita jenaka pendek tentang Kancil dan Buaya

Pada musim tandus panjang, tumbuhan nan menjadi makanan bagi para hewan di rimba banyak nan meninggal dan mengering. Makanan seperti rumput dan buah-buahan pun juga susah didapatkan. 

Sudah berhari-hari si kancil berjalan-jalan di rimba untuk mendapatkan sumber makanan baru. Namun selama itu pula, dia hanya menemukan rumput-rumputan kering nan terpaksa dimakannya. 

Sepanjang perjalanan, dia melamunkan padang rumput nan subur dan di tengah-tengahnya terdapat kolam bening nan membuatnya dapat minum dengan puas. Hal tersebut lantas membikin kancil merasa semakin lapar dan tiba-tiba membuatnya terkenang sesuatu.

Kancil melangkah menuju ke arah sungai, kali ini langkahnya lebih cepat. Saat tiba di tepi sungai, dia memandang rumput di sana sudah lenyap disantap oleh hewan lain. Buah-buahan pun tidak ada lagi nan tersisa. 

“Ternyata saya terlambat. Hewan-hewan lain sudah datang kemari dan menghabiskan semua makanan nan ada di sini.” gumam kancil sedih. 

Namun lantaran lapar, kancil akhirnya melahap sisa-sisa rumput nan ada disana. Ketika hendak menyantap, tiba-tiba matanya tertuju ke arah seberang sungai. Matanya membelalak dan hatinya sontak merasa senang.

“Asyik! Aku bisa berpesta! Namun, gimana caranya saya bisa ke sana?” pikir kancil. 

Ternyata, sejak kancil tiba di tepi sungai ada seekor buaya nan mengamatinya diam-diam. Kancil nan terlalu serius memikirkan caranya agar sampai ke seberang sungai, sontak terkejut saat buaya langsung membuka moncongnya dan siap melahapnya. 

Kancil nan sigap bisa mengelak dengan mundur beberapa langkah. 

Ia semakin berpikir keras gimana caranya agar bisa selamat dari terkaman buaya dan bisa menyeberangi sungai menuju padang rumput subur nan dilihatnya tadi. 

Tak butuh waktu lama, kancil mendapatkan buahpikiran cerdik. 

“Wahai buaya, apakah kau tidak iba padaku? Aku belum makan sejak kemarin. Jika kau mau menjadikanku santapanmu, saya rela menyerahkan diri. Namun izinkanlah saya untuk makan terlebih  dahulu. Bukankah jika saya sudah makan maka kelak dagingku bakal lebih banyak?” kata kancil memelas. 

“Kau tidak sedang mengerjaiku kan, Kancil?” tanya buaya tidak percaya dengan rencana kancil. 

“Bukan begitu buaya, kau jangan khawatir. Saat ini tubuhku terlalu kurus. Jika saya makan terlebih dulu di padang rumput di seberang sungai maka tubuhku bakal menggemuk. Nantinya kau bisa membagi dagingku dengan teman-temanmu nan lain.” kata kancil. 

“Namun gimana caraku membawamu ke seberang sana? Aku tidak bakal kuat menggendongmu sendiri.” ujar buaya. 

“Bukankah kelak bakal memakanku berbareng dengan kawan-kawanmu? Kalau begitu, panggillah mereka. Minta mereka berderet dari sini hingga ke seberang sungai.” pinta kancil. 

“Untuk apa perihal itu?” tanya buaya lagi. 

Kancil lampau menjelaskan. “Aku perlu tahu berapa banyak buaya nan bakal memakanku. Jadi di sana, saya bakal menyantap rumput sebanyak itu pula. Kalau saya makan terlalu sedikit, maka ada kawan-kawanmu nan tidak kebagian dagingku.” jelas kancil.

Buaya mulai terpengaruh dengan rencana kancil. Ia pun segera memanggil teman-temannya. Tak berapa lama kemudian, mulailah bermunculan teman-teman dari buaya dan mereka kemudian membentuk barisan hingga ke seberang sungai. 

“Kami sudah siap. Silakan mulai menghitung!” teriak buaya. 

Dengan gembira, kancil mulai melangkahkan kakinya di atas punggung para buaya nan berderet ibaratkan membentuk sebuah jembatan. 

Kancil pun menghitung sampai pada buaya terakhir. 

Ketika sudah sampai di seberang, kancil langsung melompat ke darat. Ia langsung memanjat tanah berbukit tidak jauh dari sana.

“Teman-teman semua, terima kasih atas jasa kalian membantuku menyeberang hingga ke tempat ini! Setelah saya lihat-lihat, rupanya makanan di tempat ini sangat banyak. Jadi saya memutuskan untuk menetap disini dalam jangka waktu nan cukup lama. Sehingga kalian tidak perlu repot-repot menunggu!” teriak kancil disertai tawa terbahak-bahak. 

Mendengar perihal tersebut, para buaya sontak merasa jengkel dan marah lantaran ditipu oleh kancil. 

Namun, lantaran kancil berada di atas bukit dan berlari jauh, mereka tidak bisa mengejarnya. 

Cerita berhujung dengan kancil nan akhirnya bisa menikmati makanan di padang rumput seberang sungai. Sementara buaya nan jengkel tidak dapat menikmati santapan daging kancil lantaran telah ditipu. 

8. Contoh cerita jenaka pendek untuk diceritakan ke anak tentang Rubah dan Gagak

Pada suatu hari, hiduplah seekor rubah nan sedang kelaparan lantaran belum makan. Kemudian, rubah tersebut memandang seekor gagak nan terbang melintas membawa sepotong daging di paruhnya. Gagak tersebut pun hinggap di cabang pohon.

Rubah pun akhirnya menghampiri ke bawah pohon tempat gagak hinggap. Ia memuji gagak hingga gagak tersebut pun senang dan tersipu malu.

Melihat reaksi gagak, rubah melanjutkan rencananya. Ia kembali memuji gagak.

"Melihat penampilanmu nan luar biasa, saya percaya suaramu pasti melampaui bunyi burung lain di rimba ini. Biarkanlah saya mendengar satu lagu darimu, Nyonya Gagak. Tentu bakal terdengar sangat merdu!" kata rubah.

Gagak nan merasa tersanjung pun mulai bernyanyi. Potongan daging nan tadi ada di paruhnya pun terjatuh ke tanah dan dengan sigap dibawa pergi oleh rubah. Gagak pun menyesali peristiwa tersebut. Ia menyesal lantaran lengah telah dipuji.

9. Contoh cerita jenaka Raja dan Bau Napas

Raja Hino, Raja Kerajaan Pastina, sedang sakit. Ia hanya bisa berebahan seharian di kerajaan. Ia pun tidak bisa memimpin kerajaan dengan baik. Bagaimanapun, Kerajaan Pastina tetap memerlukan seorang raja. Tanpa raja, semua urusan bakal sedikit kacau. Raja Hino menyadari perihal tersebut. 

“Ayah memanggil saya?” tanya Pangeran Gio, putra semata wayang Raja Hino.

Raja Hino mengangguk, “Ayah mau Anda jadi raja,” katanya.

“Apa?! Ayah bercanda? Aku, kan, tetap 16 tahun, Ayah. Selain itu, saya juga tidak bisa membaca dan menulis.” jawab Pangeran Gio.

“Astaga, Gio. Kenapa Anda tetap belum belajar baca tulis dari dulu?”

“Maaf, Ayah. Aku sibuk berlatih perang dan berburu.” jawab Pangeran Gio. 

“Tapi, Nak, Kerajaan bakal kacau balau tanpa adanya raja. Penasihat kerajaan juga baru diberhentikan lantaran menipu Ayah. Karena itu, bisa tidak bisa, Anda kudu memimpin Kerajaan Pastina.”

“Tapi, Ayah…”

“Tidak ada tapi-tapian. Ayah bakal tetap membimbingmu kelak di sini nanti.”

Pangeran Gio tidak punya pilihan. Meski tidak bisa menulis dan membaca, dia tetap bisa berbicara. Jadilah sekarang Kerajaan Pastina mempunyai raja muda nan tidak bisa membaca dan menulis.

Awal memimpin, tidak ada masalah nan dihadapi Raja Gio. Ayahnya sering membantu pekerjaan Raja Gio. Setiap ada masalah sulit, Raja Gio mendapatkan jalan keluar dari ayahnya. Begitulah seterusnya tanpa ada masalah.

Suatu hari, Raja Gio pergi berburu. Dua pengawalnya lupa membawa bekal. Terpaksa Raja Gio mencari buah-buahan. Sayangnya, Raja Gio dan dua pengawalnya tak menemukan satu buah pun nan bisa dimakan. Seorang kakek tua tiba-tiba melintas. Ia membawa dua buah apel di tangannya.

“Kakek Tua, bolehkah saya minta apel itu?” kata Raja Gio. 

“Maaf, Tuan. Apel-apel ini untuk putri saya nan sedang sakit,” jawab kakek tua.

“Kamu tidak tahu siapa saya? Saya ini raja. Pengawal, ambil apel kakek tua itu!” kata Raja Gio marah.

Dua pengawal Raja Gio lampau merebut apel si kakek tua. Kakek tua itu tidak bisa melakukan apa-apa. Tubuhnya terlalu lemah untuk melawan. Raja Gio pun menyantap dua apel rampasannya dengan lahap. Sekejap kemudian perutnya sudah kenyang. Ia pun siap berburu kembali. 

Setelah mendapatkan seekor kelinci, Raja Gio kembali ke kerajaan. Saat mandi, dia mencium aroma tidak sedap. Ia mencoba mencari aroma tersebut. 

“Bau apa ini?” tanya Raja Gio bingung. Namun, sejenak kemudian, dia menyadari bahwa aroma tidak sedap itu berasal dari mulutnya.

Raja Gio mencoba menghilangkan aroma mulutnya dengan jenis minuman. Ia juga mencoba makan makanan apa pun. Berbagai langkah dia lakukan. Namun, aroma mulutnya tetap saja tidak hilang. 

Khawatir dan malu, Raja Gio pun membohongi ayahnya bahwa dia tidak bisa berbincang lantaran sedang sakit tenggorokan. Setiap kali berbicara, Raja Gio mendapati aroma tidak sedap. Ia menjadi tidak percaya diri. Oleh lantaran itu, mulai saat ini, dia memutuskan untuk tidak bicara.

Pengawal kerajaan dan rakyat pun bertanya-tanya kenapa Raja Gio mendadak jadi bisu. Namun, tidak seorang pun berani bertanya. Kini, Raja Gio apalagi memerintahkan para pengawalnya untuk menggunakan bahasa isyarat tubuh.

Suatu hari, ada masalah di kerajaan. Setelah Raja Gio lama tak berburu, para pemburu mulai berani memburu burung merak tiap hari. Jumlah burung merak pun semakin sedikit. Mengetahui perihal itu, Raja Gio memberi isyarat kepada para pengawal dengan menggeserkan telunjuk di leher nan berarti, “Masukkan pemburu ke penjara”.

Sayangnya, para pengawal kerajaan menyalahartikan perintah itu. Para pengawal kerajaan justru mengira Raja Gio memerintahkan menyembelih merak-merak itu dan memasaknya. Raja Gio tentu saja terkejut.

Masalah lain muncul. Seorang penarik pajak dilaporkan tidak adil. Menghadapi masalah ini, Raja Gio lampau mengambil timun dan mengiris-iris timun itu. Raja Gio sebenarnya mau mencontohkan langkah menarik pajak dengan adil, seperti irisan-irisan timun nan sama besar. Ia menunjukkan irisan timun itu kepada pengawal dan penarik pajak.

Tak lama berselang, emosi Raja Gio tidak enak. Ia kemudian mencoba menengok keadaan penarik pajak. Betapa terkejutnya Raja Gio saat mengetahui bahwa penarik pajak bakal dipotong-potong, seperti mentimun. Raja Gio betul-betul bingung. Susah sekali memerintah kerajaan dengan bahasa isyarat. Andai saja dia bisa membaca dan menulis. 

Masalah kembali muncul saat Raja Gio menjamu tamu dari kerajaan tetangga. Sebelumnya, Raja Gio memberi isyarat bahwa dia tidak bisa bicara lantaran sakit. Saat makan, Raja tidak konsentrasi. Tanpa sengaja, dia makan sambal. Karena kepedasan, Raja Gio menjulur-julurkan lidahnya. Raja Coki, tamu Raja Gio, merasa tersinggung. Raja Gio dianggap mengejeknya. Karena itu, Raja Coki bakal kembali dengan ribuan pasukan untuk menyerang Kerajaan Pastina.

Raja Gio pun panik. Ia pun menemui ayahnya, Raja Hino. Raja Gio segera menjelaskan semuanya. 

“Temuilah kakek tua itu di rimba dan minta maaflah padanya.” nasihat Raja Hino.

Raja Gio bergegas pergi ke hutan. Untungnya dia tidak kesulitan menemukan kakek nan dulu dia rampas apelnya. Raja Gio pun meminta maaf. Ia juga mengganti apel milik kakek tua itu dengan sekeranjang apel dari kerajaan.

Raja Gio lampau meneruskan perjalanan menemui Raja Coki di kerajaan tetangga. Ia mau meminta maaf dan menjelaskan semuanya. Untunglah, Raja Coki memaklumi keadaan Raja Gio. Perang pun dibatalkan. Setelah kejadian ini, Raja Gio giat belajar membaca. Ia tidak mau ada masalah lagi gara-gara tidak bisa membaca dan menulis.

Itulah, Bunda, beberapa contoh kumpulan cerita jenaka singkat dan kocak untuk anak. Semoga pilihan cerita jenaka tersebut dapat berfaedah sebagai bahan referensi lainnya untuk Si Kecil ya, Bunda!

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda