Obat Sakit Kepala Bisa Jadi Penyebab Anemia Aplastik, Simak Faktanya

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Belakangan beredar berita jika salah satu merek obat sakit kepala bisa menyebabkan memicu anemia aplastik. Kabar ini muncul setelah netizen membandingkan bungkusan obat lama dan baru, di mana pada bungkusan terbaru tercantum pengaruh samping anemia aplastik nan sebelumnya tidak ada.

"Kindly reminder utk teman2 semuanya, jangan terlalu sering konsumsi obat ini yaaa. sender perhatiin rupanya keterangan pengaruh sampingnya ditambahin, berisiko anemia aplastik. Kalo minum obat yg beredar di pasaran, minta dibaca semua keterangannya utk jaga2 ya," begitu tulisan dalam postingan viral di laman X.

Kemudian perihal tersebut meresahkan hati banyak orang, mungkin Bunda salah satunya. Benarkah obat sakit kepala bisa jadi penyebab anemia aplastik? 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Banner Membuat Bayi Cerdas

Apa itu anemia aplastik?

Anemia aplastik adalah kondisi serius nan terjadi ketika sumsum tulang tidak menghasilkan cukup sel darah baru. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan, memar, dan pendarahan nan berlebihan, serta meningkatkan akibat infeksi.

Anemia aplastik juga merupakan penyakit nan diidap komika Babe Cabita sebelum meninggal dunia. Lalu apa hubungannya anemia aplastik dengan obat sakit kepala?

Hubungan obat sakit kepala dan anemia aplastik

Beberapa jenis obat sakit kepala, termasuk nan mengandung propyphenazone memang mempunyai potensi memicu anemia aplastik. Walau kemungkinan mini namun tetap ada akibat anemia aplastik jika digunakan dalam jangka panjang.

"Anemia aplastik nan diinduksi obat, adalah pengaruh samping obat nan dapat menakut-nakuti jiwa mengenai dengan obat-obatan tertentu nan berpotensi menjadi racun bagi sumsum tulang," jelas dr Ronald Alexander Hukom, SpPD-KHOM, ahli penyakit, dilansir dari detikHealth.

Meski demikian, perlu diingat bahwa risikonya sangat mini dan hanya terjadi pada penggunaan jangka panjang. Obat sakit kepala umumnya hanya digunakan saat dibutuhkan dalam jangka waktu singkat.

"Toksisitas tergantung pada dosis dan lama pemakaian obat, nan merupakan contoh kemungkinan sistem terjadinya anemia aplastik akibat obat. Untuk mengurangi akibat rawan dari obat, dianjurkan pemakaian selalu dalam pengawasan dokter," ujar dr Ronald.

Hal ini disetujui oleh guru besar farmasi, Zullies Ikawati dari Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), nan mengatakan bahwa kasus anemia aplastik akibat penggunaan obat sakit kepala dengan kandungan propyphenazone sangat jarang terjadi. Risiko kemungkinan muncul jika obat digunakan terus-menerus.

"Dari obat nan disebutkan di atas, nan pernah dilaporkan dapat menyebabkan anemia aplastic adalah propyphenazone. Tapi itupun dengan penggunaan nan kronis alias jangka panjang, sementara obat-obat ini umumnya digunakan jika perlu saja. Sehingga risikonya termasuk kecil," papar Prof Zullies.

Tanggapan BPOM RI soal obat sakit kepala berisiko anemia aplastik

Obat sakit kepala nan viral lantaran tambahan keterangan bisa mempunyai akibat anemia aplastik tersebut diklaim sudah disetujui BPOM. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI melalui Kepala Biro Kerja Sama dan Humas, Noorman Effendi, mengatakan jika memang penambahan akibat anemia aplastik sebagai pengaruh samping obat perlu dicantumkan agar masyarakat tidak menyalahgunakannya.

"Jadi berasas hasil pertimbangan dan kajian BPOM, penambahan akibat anemia aplastik sebagai pengaruh samping obat, tetap kudu dicantumkan dalam kemasan. Meskipun untuk kejadian ini frekuensinya terkategori jarang, ialah 1 kasus per 1 juta pengguna," jelas Noorman.

Noorman pun memastikan bahwa obat sakit kepala nan mengandung propyphenazone tetap kondusif digunakan selama sesuai dosis dan rekomendasi di kemasan. Meski disebutkan ada akibat anemia aplastik namun diklaim belum pernah ada laporan pengaruh samping tersebut di Indonesia lantaran penggunaan obat sakit kepala.

"Cara penggunaan juga sudah ada dalam kemasan. Jadi memang tidak untuk pengobatan dalam jangka waktu lama," tegas Noorman.

Fakta-fakta tentang obat sakit kepala berisiko anemia aplastik

Meskipun risikonya kecil, krusial untuk memahami kebenaran berikut:

  • Risiko meningkat dengan penggunaan jangka panjang. Obat sakit kepala umumnya digunakan dalam waktu singkat untuk meredakan gejala. Risiko anemia aplastik meningkat jika dikonsumsi secara kronis.
  • Kasus jarang terjadi. Hingga saat ini, belum ada laporan pengaruh samping anemia aplastik mengenai obat sakit kepala di Indonesia maupun global, meskipun BPOM telah mencantumkannya sebagai pengaruh samping nan mungkin terjadi.
  • BPOM telah menyetujui pencantuman pengaruh samping. Penambahan info ini merupakan bagian dari proses registrasi obat dan demi keamanan konsumen.
  • Penggunaan nan aman. Paramex dan obat sakit kepala lain kondusif selama dikonsumsi sesuai dosis dan rekomendasi master alias sesuai saran di kemasan.

Obat sakit kepala kondusif dan efektif jika digunakan dengan tepat. Memahami kebenaran dan mengikuti saran di atas dapat membantu Bunda menggunakan obat sakit kepala dengan kondusif dan meminimalisir akibat pengaruh samping.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fia/fia)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda