Ciri-ciri Sifilis Pada Ibu Hamil Dan Cara Mencegahnya

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Sifilis adalah jangkitan nan disebabkan oleh bakteri. Paling sering, penyakit ini menyebar melalui kontak seksual, Bunda.

Penyebaran sifilis dimulai sebagai luka nan seringkali tidak menimbulkan rasa sakit dan biasanya muncul di perangkat kelamin, rektum, alias mulut. Penyakit sifilis menular dari orang ke orang melalui kontak langsung dengan luka tersebut.

Penyakit sifilis juga dapat ditularkan ke bayi selama kehamilan dan persalinan dan terkadang saat proses menyusui. Dilansir Mayo Clinic, setelah jangkitan terjadi, kuman sifilis dapat memperkuat di dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala. Namun infeksinya bisa menjadi aktif kembali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Tanpa pengobatan, sifilis dapat merusak jantung, otak, alias organ lainnya. Penyakit ini bisa menakut-nakuti jiwa, Bunda.

Sifilis awal sebenarnya dapat disembuhkan, terkadang dengan satu suntikan obat nan disebut penisilin. Mengetahui indikasi serta penanganan sifilis, terutama pada ibu hamil, sangat krusial untuk mencegah akibat penularan pada bayi.

Sifilis pada ibu hamil

Pada ibu hamil, penyakit sifilis bisa menular secara transplasental (dari ibu ke janin). Penularan sifilis dari ibu ke anak (sifilis bawaan) biasanya berakibat jelek pada janin bila jangkitan pada ibu mengandung tidak terdeteksi dan tidak diobati secara awal dalam kehamilan. Perlu diketahui, beban kesakitan dan kematian akibat sifilis kongenital cukup tinggi.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2012, diperkirakan 350.000 hasil kehamilan nan merugikan di seluruh bumi dikaitkan dengan sifilis, termasuk 143.000 pada kematian janin/lahir mati, 62.000 kematian neonatal, 44.000 bayi prematur alias berat badan lahir rendah, dan 102.000 bayi nan terinfeksi.

Ciri-ciri indikasi sifilis pada ibu hamil

Sifilis dapat ditularkan ke bayi selama kehamilan. Hal tersebut dapat berkontribusi pada kemungkinan komplikasi selama kehamilan, seperti persalinan prematur alias keguguran.

Selain masalah nan berangkaian dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi nan belum lahir, pengidap sifilis selama kehamilan juga dapat mengalami indikasi tergantung pada stadium jangkitan sifilis. Berikut beberapa gejalanya:

1. Sifilis primer

Mengutip Healthline, pada jangkitan sifilis tahap pertama alias primer, gejalanya dapat berupa luka di area tubuh, seperti vulva, vagina, serviks, dubur, lidah, bibir.

Gejala jangkitan pada tahap ini biasanya timbul 10 sampai 90 hari setelah terpapar kuman dan dapat berjalan selama 3 hingga 6 minggu. Sifilis nan tidak diobati pada stadium 1 dapat bersambung ke stadium 2.

2. Sifilis sekunder

Sifilis tahap kedua dimulai ketika luka original mulai sembuh dan ruam mulai terbentuk. Ruam nan tidak gatal ini muncul sebagai bintik kasar berwarna coklat kemerahan pada perut, dada, telapak tangan, alias di telapak kaki.

Selain ruam, indikasi lain nan dapat muncul pada stadium sekunder antara lain:

  • luka mulut
  • kelenjar bengkak
  • demam
  • rambut rontok
  • sakit kepala
  • nyeri otot
  • penurunan berat badan
  • kelelahan

3. Sifilis laten

Sifilis laten alias tahap tidak aktif dimulai ketika luka dan ruam aktif hilang. Infeksi tampaknya sudah berakhir, namun kenyataannya jangkitan memasuki fase tidak aktif nan dapat berjalan selama bertahun-tahun.

Pasien mungkin tidak merasakan indikasi nan nyata selama periode ini, namun jangkitan tetap ada di tubuh. Gejala dapat muncul kembali di kemudian hari, dan jangkitan dapat berkembang.

4. Sifilis tersier

Tanpa pengobatan, sifilis bisa beranjak ke stadium akhir alias tersier. Pada titik ini, gejalanya tidak hanya berupa luka dan ruam, tetapi juga kerusakan organ nan lebih serius. Penyakit ini dapat memengaruhi organ mana pun dan dapat menyebabkan masalah saraf, kebutaan, ketulian, kelumpuhan, demensia, hingga kematian.

Cara mengobati sifilis pada ibu hamil

Sifilis pada kehamilan dapat diobati dengan antibiotik penisilin. Dosis, waktu, dan lama pengobatan bakal berjuntai pada stadium penyakit saat didiagnosis dan berapa banyak waktu nan tersisa dalam kehamilan sebelum melahirkan. Perawatan kudu dimulai setidaknya 30 hari sebelum melahirkan. Setiap pasangan seksual dari perseorangan nan didiagnosis sifilis selama kehamilan juga kudu diobati untuk mencegah jangkitan ulang.

Selama kehamilan, sifilis ditularkan ke bayi pada sekitar 80 persen kasus, dan bayi nan lahir dengan sifilis kongenital juga bakal diberi penisilin. Perawatan biasanya berjalan sekitar 2 minggu. Bagi pengidap alergi penisilin, antibiotik lain seperti sefalosporin alias amoksisilin dapat digunakan.

Ilustrasi Ibu Hamil dan DokterIlustrasi Ibu Hamil dan Dokter/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Cara mencegah sifilis pada ibu hamil

Perempuan dianjurkan untuk melakukan tes sifilis bila sedang merencanakan kehamilan. Setelah hamil, master umum, perawat alias master kandungan seharusnya menawarkan tes darah sifilis pada kehamilan pertama alias pemeriksaan antenatal dan pada minggu ke 28 dan 36. Saat memeriksakan kandungan, Bunda sebaiknya menanyakan soal pemeriksaan ini ke dokter.

Selain pemeriksaan, ada beberapa langkah lain nan dapat dilakukan untuk mencegah sifilis sebelum dan saat hamil, yakni:

  • Memakai kondom untuk semua jenis hubungan seks, termasuk seks oral, memek dan anal.
  • Menjalani tes penyakit menular seksual secara teratur.
  • Melakukan perawatan antenatal dan melakukan tes darah nan diperlukan selama kehamilan.

Secara khusus, tes sifilis merupakan jenis pemeriksaan laboratorium penyakit menular nan tersedia di akomodasi kesehatan. Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), tes laboratorium termasuk bagian dari perawatan rutin selama kehamilan.

"Tes-tes ini dapat membantu menemukan kondisi nan dapat meningkatkan akibat komplikasi pada ibu dan janin. Banyak masalah nan ditemukan dari hasil tes ini dapat ditangani selama kehamilan," tulis ACOG dalam laman resminya.

Bahaya sifilis pada ibu mengandung dan janin

Ibu mengandung nan menderita sifilis dapat menularkan penyakit tersebut kepada bayinya. Bayi nan belum lahir bisa terinfeksi melalui plasenta. Selain itu, jangkitan juga bisa terjadi saat melahirkan.

Penyakit sifilis pada ibu mengandung dapat menyebabkan keguguran, lahir mati, alias kematian bayi sesaat setelah lahir. Sekitar 40 persen bayi nan lahir dari perempuan dengan sifilis nan tidak diobati dapat lahir meninggal alias meninggal akibat jangkitan tersebut saat baru lahir.

Bayi baru lahir yang mengidap sifilis kongenital mungkin tidak menunjukkan gejala. Namun, tanpa pengobatan nan cepat, beberapa bayi mungkin mengalami:

  • Luka dan ruam pada kulit.
  • Demam.
  • Suatu jenis perubahan warna kulit dan mata, nan disebut penyakit kuning.
  • Kurangnya sel darah merah disebut anemia.
  • Limpa dan hati bengkak.
  • Bersin alias hidung tersumbat dan berair, disebut rinitis.
  • Perubahan tulang.

Gejala selanjutnya mungkin termasuk ketulian, masalah gigi, dan saddle nose. Bayi yang mengalami sifilis juga bisa lahir terlalu dini, meninggal di dalam rahim sebelum dilahirkan, alias meninggal setelah lahir.

Demikian penjelasan Bubun mengenai sifilis saat hamil. Semoga info ini berfaedah ya.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda