5 Kartini Modern Tinggal Di Luar Negeri, Ada Yang Bisnis Tempe Hingga Jadi Guru Ngaji

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta -

Setiap perempuan mempunyai kisah dan perjuangan mereka masing-masing. Tak sedikit pula nan berjuang menjalani peran mereka di luar negeri.

Para perempuan diaspora berikut ini mempunyai tantangan tersendiri dalam menjalani hidup mereka. Tak hanya sibuk merintis pekerjaan hingga mendirikan usaha, ada jua nan sudah menjalani peran sebagai Bunda.

Setiap jerih payah mereka dilewati hingga akhirnya mencapai titik terbaik kehidupan. Tak sedikit nan mencoba peruntungan dengan menjadi buruh, pembimbing ngaji, hingga membuka upaya restoran di luar negeri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Semangat mereka dalam menjalani kehidupan mencerminkan kegigihan dari setiap wanita inspiratif. Bak Kartini modern, berikut ini kisah inspiratif dari 5 Bunda diaspora nan tinggal di luar negeri.

1. Siti Chafsah, Guru Ngaji di AS

Siti ChafsahSiti Chafsah/ Foto: YouTube VOA Indonesia

Siti Chafsah merupakan seorang wanita asal Gresik nan bekerja sebagai pembimbing ngaji. Pada tahun 90-an, dia dan suaminya nan bekerja di kedutaan memulai hidup baru di Amerika Serikat.

Siti menggeluti beragam macam bagian pekerjaan, mulai dari catering hingga caregiver. Semangatnya sebagai pembimbing ngaji juga membikin Siti kerap mengajarkan anak-anak mengaji di Negeri Paman Sam.

"Saya kebetulan tinggalnya di downtown, dekat ibu kota. Jadi banyak orang Muslimnya, terutama orang Indonesia nan di sini banyak ngumpul. Ada masjid Indonesia juga. Jadi jika bulan puasa itu kita seperti di Indonesia saja suasananya," tuturnya, dikutip dari kanal YouTube VOA Indonesia, Rabu (3/5/2024).

Sebagai pembimbing ngaji di AS, ada banyak tantangan nan dia hadapi. Salah satunya adalah karakter anak-anak nan condong bersikap kritis.

Meski begitu, Siti tidak goyah. Ia lebih giat mengajarkan Al-Qur'an dengan beragam metode nan mengasyikkan dan lebih mudah dimengerti.

"Terus akhirnya saya ajarkan Arab (mengaji) dengan artinya. Nah dari baca Al-Qur'an satu ayat, diartikan, saya terangkan. Akhirnya paham,ini tuh ada rupanya di Al-Qur'an untuk support-nya saya bukakan hadisnya. Sekarang dia makin makin berpikir jika ini tuh semuanya dari Allah," tuturnya.

2. Rahayu, Bisnis Tempe di Afrika

RahayuRahayu/ Foto: Instagram@kielrahayu

Rahayu menikah dengan seorang laki-laki Nigeria berjulukan Ezekiel. Saat ini, dia menjalani peran sebagai istri dan Bunda di negara tersebut.

Di sela-sela kesibukan rumah tangga, Rahayu mencoba peruntungan dengan menjadi majikan tempt. Ia memproduksi tempe di rumah berbareng asisten rumah tangganya nan berjulukan Sarah.

"MasyaAllah ini adalah tempe pesanan, ini pembuatannya nan ke berapa kali ya teman-teman. Ini tetap panas dan besok baru bisa matang. Selain bikin tempe, saya juga bikin toge, jika toge ini buat makananku teman-teman," ujar Rahayu, dikutip dari kanal YouTube KIELRahayu O, Senin (18/3/2024).

Rahayu menjual tempe tersebut dengan nilai 1500 Naira alias sekitar Rp20 ribu. Tak disangka, tempe jualannya laku manis.

"MasyaAllah tempenya sudah jadi, tetap pematangan sampai besok. MasyAAllah senang banget saya dapat orderan tempe kemarin sampai enam belas biji terus ini lagi diproduksi. Kemarin enam belas, terus sepuluh, ini ada lagi pesanan enam, MasyaAllah," ungkap Rahayu.

3. Vicky Nastasha, Guru TK di Jerman

Vicky NastashaVicky Nastasha/ Foto: Instagram: @vicky_nastasha

Seorang WNI berjulukan Vicky Nastasha menggeluti pekerjaan sebagai pembimbing TK di Jerman. Dalam unggahannya, Vicky menyebut bahwa pembimbing TK di Jerman mempunyai penghasilan awal mulai dari 3.000-3.500 euro alias setara dengan Rp50 hingga Rp60 juta per bulan.

Selain gaji, pembimbing di Jerman juga berkuasa mendapatkan masa libur 30 hari di luar tanggal merah. Mereka juga bakal mendapatkan THR setiap Hari Natal.

"Waktu libur ini kita bakal tetap dibayar penghasilan full plus duit THR (di sini bukan di bulan Ramadan tapi waktu Natal) alias disebutnya 13 Monatsgehalt," kata Vicky dikutip akun IG @vicky_nastasha pada Senin (29/1/2024).

Bonus lainnya adalah, Vicky bisa menikmati aktivitas berkeliling Eropa dengan mudah. Hal ini lantaran setiap negaranya mempunyai jarak nan berdekatan.

"Bonusnyaa bisa keliling Eropa lebih mudah lantaran antar negaranya berdekatan," paparnya.

4. Sujono Setiawati, Bisnis Restoran di AS

Ilustrasi chefIlustrasi chef/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Dragos Condrea

Seorang WNI asal Tegal, Sujono Setiawati sukses membuka sebuah restoran di AS. Ia mendirikan rumah makan itu sejak 1999 silam berbareng sang suami asal Austria, Raimund Stieger.

Restoran nan diberi nama Euro Bistro itu didirikan di area Herndon, Virginia dan menyajikan hidangan unik Austria dan Jerman. Selain itu, dia juga memberikan sentuhan kuliner Indonesia di beberapa menunya.

"Kadang tak influence-in pake Indonesian, jika ada aktivitas spesial, kayak wine dinner. Kadang masakannya kan internasional, enggak cuman Jerman saja. Biasa ayam goreng, nasi goreng, biasa aja kayak bakmi goreng, rendang, opor ayam, kayak nasi ayam, kayak nasi ayam dari Semarang," ungkap Noni, dikutip dari VOA Indonesia.

Kelezatan masakan mereka sukses mencuri hati pengguna dari beragam negara. Salah satu pengguna setia, Dana Rodgers sudah rutin berjamu ke restoran mereka sejak 20 tahun lampau hingga sekarang.

"Ini adalah restoran family nan menyenangkan," ujarnya ketika menyantap hidangan pencuci mulut Chocolate Mousse di Euro Bistro.

5. Reni Heimustovu, Buruh Pabrik di Denmark

Ilustrasi Wanita Bekerja di PabrikIlustrasi Wanita Bekerja di Pabrik/ Foto: Getty Images/iStockphoto/agnormark

Kehidupan Reni Heimustovu sebagai ASN di Indonesia berubah ketika dia memutuskan pindah ke Faroe Islands, Denmark. Ia hidup berbareng suami bule dan anak-anaknya di sana.

Reni menjalani kehidupan sebagai Bunda nan juga bekerja sebagai pekerja pabrik. Kegiatannya sangat bertolak belakang dari kehidupannya sebagai ASN.

"Dulu di Indo gue ASN. Selama jadi ASN gue sering dinas luar kota apalagi luar negeri. Setahun beberapa kali dapat kepercayaan ikut dinas bareng PM. Sekarang gue resign dan pilih kerja jadi pekerja pabrik ikan di Faroe Islands," tulis Reni di akun X pribadinya.

Reni pindah ke Faroe Island dan menjadi pekerja lantaran memang tidak mempunyai banyak pilihan. Ia tetap belum lancar bicara bahasa original di sana, Bunda. Meski begitu, dia berterima kasih bisa menjalani pekerjaan di sana.

"Buruh kasar kaya gue, tukang bangunan, orang bengkel itu bayaran per jamnya mulai dr Rp350rb per jam sampai Rp800rb per jam. Bedanya sama orang kantoran, mereka gajinya fix bulanan gak ada duit lembur. Kita jika gak kerja ya gak dapat duit. Tapi klo lembur, duit lembur 200 persen dari bayaran normal," paparnya.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(anm/som)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda