5 Fakta Acne Shaming, Masalah Jerawat Yang Ganggu Kesehatan Mental

Sedang Trending 2 minggu yang lalu

Bunda mungkin familiar dengan istilah body shaming. Perilaku mencemooh kondisi tubuh orang lain ini sangat merugikan dan tidak mempunyai manfaat. Namun, tahukah Bunda tentang acne shaming nan juga dapat mengganggu kesehatan mental?

Istilah acne shaming muncul untuk mengartikan sebuah perilaku menghina alias mengejek orang nan mempunyai persoalan kulit berjerawat. Bentuk acne shaming beragam, mulai dari komentar pedas, sindiran, apalagi hinaan. 

Ungkapan acne shaming nan paling sering Bunda jumpai seperti, “Mukanya dirawat enggak sih, kok jerawatan?” alias “Kok bisa berjerawat sih, Bun?”. Padahal, Bunda juga pastinya tidak mau mempunyai jerawat di wajah ya, Bunda. Selain terasa menyakitkan, jerawat juga dapat merusak penampilan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Menurut Jurnal nan berjudul Acne in Adolescents: Quality of Life, Self-Esteem, Mood and Psychological Disorders nan ditulis oleh Dunn, Lauren KO'Neill, Jenna LFeldman dan Steven R, jerawat dapat memengaruhi kondisi psikologis loh, Bunda. 

Munculnya jerawat dapat memengaruhi kualitas hidup, kepercayaan diri, dan suasana hati pada penderitanya. Hal ini dapat mendorong adanya kekhawatiran nan berlebihan, rasa tidak percaya diri, apalagi pemikiran untuk bunuh diri.

Maka, bayangkan Bunda, sungguh rentannya kondisi mental penderita jerawat nan terkena acne shaming?

5 Fakta acne shaming 

Untuk mengenal acne shaming lebih jauh, ketahui 5 kebenaran tentang acne shaming berikut ini.

1. Dialami oleh sebagian besar wanita berjerawat

Berdasarkan sebuah survei nan dilakukan oleh Himalaya, ditemukan bahwa 77 persen dari 1.000 wanita berjerawat pernah mengalami acne shaming. Responden dalam survei ini merupakan penderita jerawat nan berasal dari 10 kota besar di Indonesia.

Dalam survei tersebut, responden menjelaskan bahwa corak acne shaming yang diterima bermacam-macam. Sebanyak 58 persen menyatakan bahwa mereka pernah menerima komentar jelek langsung, seperti diejek alias dicemooh di depan muka mereka. Kemudian, 38 persen responden pernah mengalami acne shaming dalam corak nonverbal seperti gestur, tatapan, dan ekspresi wajah nan menunjukkan rasa jijik. Lalu, 20 persen responden menerima perlakuan tidak menyenangkan, seperti dinyinyiri alias dibicarakan di belakang mereka.

2. Didapatkan dari orang terdekat

Tahu enggak sih, Bun, rupanya pelaku acne shaming adalah orang terdekat, loh!

Masih berasas survei Himalaya tadi, pelaku acne shaming didominasi oleh orang-orang terdekat korban. Sebanyak 52 persen responden mengaku menerima acne shaming dari kawan sebaya mereka, 23,3 persen dari orang tua, dan 23 persen dari family terdekat. Sungguh miris ya, Bunda.

3. Meningkatkan akibat depresi

Seperti nan dijelaskan di awal, acne shaming sangat berpengaruh pada kondisi psikologis korban. Ejekan dan hinaan nan diterima membikin korban merasa rendah diri. Hal ini dapat meningkatkan akibat depresi pada orang nan mendapat acne shaming.

Acne fighter atau pejuang jerawat tentunya menyadari masalah nan mereka hadapi. Dan pastinya, mereka berupaya sekuat tenaga untuk sembuh dari jerawat. Maka, support secara bentuk dan mental lah nan mereka butuhkan. Jangan sampai Bunda melakukan acne shaming pada orang tersayang ya.

4. Membuat korban membandingkan diri sendiri

Melansir dari Allure, pengaruh media sosial dan adanya obsesi terhadap penyuntingan foto berpotensi memperburuk kondisi mental orang nan mempunyai masalah jerawat. Korban acne shaming kerap membandingkan penampilannya dengan orang-orang lain di media sosial nan nampak mulus dan cantik.

Kebiasaan membandingkan diri ini berakibat jelek bagi kesehatan mental. Bunda tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain di media sosial ya, Bun. 

5. Korban merasa terkucilkan

Melihat diskriminasi nan dialami korban acne shaming, tak heran jika mereka merasa dikucilkan. Korban acne shaming yang mendapat komentar-komentar jahat merasa rendah diri dan memilih mengasingkan diri dari pergaulan, apalagi lingkungan keluarganya nan mengintimidasi.

Hal ini sangat disayangkan lantaran pejuang jerawat justru memerlukan support dari orang terdekat. Perasaan stres dan depresi nan dialami bakal memperburuk jerawat dan membuatnya semakin susah diobati. Bunda kudu merangkul pejuang jerawat di sekitar, alias jika Bunda pejuang jerawat tersebut teruslah berupaya untuk terbebas dari jerawat ya.

Bunda, itulah lima kebenaran acne shaming nan Bunda wajib ketahui. Masalah jerawat ini dapat berujung pada gangguan kesehatan mental. Untuk itu, jaga diri sendiri dan orang terdekat untuk tidak melakukan acne shaming ya, Bunda.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(som/som)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda