Tips Menyikapi Suami Yang Suka Body Shaming Agar Tak Bikin Insecure Setelah Melahirkan

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta -

Setiap orang pasti enggak suka jadi korban body shaming ya, Bunda. Apalagi jika hinaan bentuk ini diucapkan oleh suami pada istrinya nan baru saja melahirkan.

Tanpa disadari alias tidak, body shaming nan dilakukan suami ke istrinya bisa meninggalkan luka. Perasaan sedih nan muncul juga dapat membikin istri merasa insecure dalam melakukan perannya di keluarga.

Lantas, gimana menyikapi suami nan suka body shaming pada istrinya setelah melahirkan?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Psikolog Klinis Dewasa, Alfath Hanifah Megawati, M.Psi, mengatakan bahwa sebelum menanggapi komentar suami, ada baiknya istri menyadari dulu jika tidak semua komentar nan disampaikan adalah body shaming. Jadi, jangan langsung emosional tanpa tahu maksud sebenarnya.

"Sebelumnya kita perlu mengingat bahwa tidak semua komentar suami tentang tubuh kita adalah body shaming ya," kata wanita nan berkawan disapa Ega ini kepada HaiBunda, belum lama ini.

Sebaliknya, suami juga perlu belajar untuk menyampaikan maksud ucapannya dengan baik. Jangan sampai masukan nan dia sampaikan menyakiti emosi istrinya.

"Penting bagi suami untuk belajar menyampaikan masukan kepada istrinya dengan langkah nan tidak menyakiti," ungkap Ega.

Jangan ragu untuk ungkapkan emosi Bunda

Bila merasa ucapan suami menyakitkan dan sudah menjurus ke body shaming, ada baiknya segera sampaikan unek-unek Bunda. Bicarakan soal bagian mana dari ucapan nan menyakitkan hati dan seperti apa langkah penyampaian nan Bunda inginkan jika suami mau memberikan masukan.

Setelah itu, Bunda dapat meminta support sang suami untuk melakukan perbaikan diri. Jadi, apa nan disampaikan suami tidak berkarakter sepihak saja.

"Ketika suami memberikan komentar tentang tubuh kita, maka kita perlu menyampaikan kenapa komentar itu menyakitkan, apakah langkah penyampaiannya nan menyakitkan alias apa pun itu, agar ke depannya masukkan bisa lebih nyaman istri terima," kata Ega.

"Dan minta support konkrit apa nan suami bisa berikan untuk membantu kita melakukan perbaikan diri, mengenai nan dikeluhkan," sambungnya.

Ega menyampaikan bahwa perubahan corak tubuh wanita usai melahirkan bukanlah sesuatu nan dianggap buruk. Perubahan ini juga bukanlah beban nan hanya ditanggung istri saja.

"Jika perubahan corak tubuh istri akibat kehamilan dan melahirkan, maka itu bukan menjadi beban istri saja," ungkap Ega.

Lantas, seberapa krusial support dari suami bagi istri nan baru melahirkan?

Selengkapnya dapat dibaca di laman berikutnya ya.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda