Bunda Dengan Lupus Ingin Hamil? Ketahui Syarat Dan Risikonya

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Bunda dengan lupus mau hamil? Sebelumnya, sebagian besar wanita dengan lupus disarankan untuk tidak hamil. Salah satu alasannya kehamilan pada wanita dengan lupus berisiko untuk ibu dan janinnya. Bagaimana dengan kini?

Oleh lantaran itu, Bunda dengan lupus nan mau mengandung perlu mengetahui syarat dan risikonya. 

Hari Lupus sedunia diperingati setiap 10 Mei. Dan, penyakit lupus sebagian besar menyerang wanita muda di usia produktif. Pada pasien wanita nan mau mengandung ada kekhawatiran penyakit tersebut dapat membahayakan dirinya dan janinnya. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Sebenarnya, penderita lupus bisa saja mengandung dengan kondusif tanpa memicu kekambuhan, asalkan bisa mengelola kondisinya. Namun, nan paling kondusif adalah merencanakan kehamilan jauh-jauh hari.

Perempuan mengandung dengan lupus

Meskipun seseorang dengan lupus mungkin dapat menjalani kehamilan dan lupus dengan aman, terdapat akibat nan terkait.

Sekitar 2 dari 10 ibu mengandung penderita lupus mengalami preeklamsia. Ini merupakan suatu kondisi serius nan memerlukan penanganan segera. Risiko komplikasi serius lainnya termasuk masalah ginjal, diabetes, dan tekanan darah tinggi.

Meski kehamilan bisa berisiko pada pasien lupus, namun kehamilan nan sukses mungkin juga terjadi.

Syarat mengandung pada pasien lupus

David Zelman, MD Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Rematologi, mengatakan bahwa master mungkin menyarankan wanita dengan lupus untuk tidak mengandung lantaran berpotensi menimbulkan akibat bagi ibu dan bayinya. 

Meskipun kehamilan penderita lupus masih  berisiko, namun sebagian besar wanita dengan lupus dapat mengandung dengan kondusif dan mempunyai bayi nan sehat.

Apabila Bunda menderita lupus dan sedang mempertimbangkan untuk hamil, berikut nan perlu Bunda ketahui tentang apa nan dapat Bunda dan dokter  lakukan untuk membantu memastikan hasil terbaik bagi ibu dan bayi.

1. Mempersiapkan kehamilan

Langkah pertama jika mau mengandung dan mempunyai bayi sehat dimulai sebelum Bunda hamil. Jika Bunda sedang mempertimbangkan kehamilan, krusial untuk memastikan beberapa perihal di bawah ini:

a. Pastikan lupusnya terkendali

Semakin sehat Bunda saat hamil, semakin besar kesempatan untuk mempunyai kehamilan dan bayi nan sehat.

"Kehamilan memberi tekanan tambahan pada ginjal. Memiliki penyakit ginjal aktif dapat menyebabkan masalah pada kehamilan dan apalagi dapat menyebabkan keguguran," ujar Zelman dilansir WebMD. 

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) merekomendasikan menunggu sampai lupusnya sembuh setidaknya selama 6 bulan sebelum mencoba untuk hamil. Hal ini terutama bertindak untuk penyakit ginjal nan berasosiasi dengan lupus.

b. Tinjau obat-obatan dengan dokter

Beberapa obat kondusif dikonsumsi selama kehamilan. Namun, perihal lain dapat membahayakan bayi. 

"Dokter Anda mungkin perlu menghentikan alias mengganti beberapa obat sebelum Anda hamil. Obat-obatan nan tidak boleh dikonsumsi selama kehamilan antara lain metotreksat, siklofosfamid, mikofenolat mofetil, leflunomida, dan warfarin. Beberapa obat perlu dihentikan beberapa bulan sebelum Anda mencoba untuk hamil," ujar Zelman.

c. Pilih master kandungan untuk kehamilan berisiko tinggi

Karena lupus dapat menimbulkan akibat tertentu -- termasuk hipertensi nan disebabkan kehamilan dan kelahiran prematur -- maka Bunda memerlukan master kandungan nan berilmu menangani kehamilan berisiko tinggi dan berada di rumah sakit nan unik menangani persalinan berisiko tinggi. Jika memungkinkan, sebaiknya temui master ahli kandungan sebelum hamil.

c. Periksa paket asuransi kesehatan

Asuransi nan tidak memadai semestinya tidak menghalangi Bunda untuk mendapatkan perawatan nan Bunda dan bayi perlukan. Pastikan rencana asuransi mencakup kebutuhan perawatan kesehatan ibu dan bayi, serta segala masalah nan mungkin timbul.

2. Mengelola masalah kehamilan

Semua wanita krusial melakukan pemeriksaan prenatal secara teratur. Namun perihal ini sangat krusial bagi wanita dengan lupus. Ini disebabkan banyaknya potensi masalah nan dapat dicegah alias diobati dengan lebih baik jika ditangani sejak dini.

Perempuan penderita lupus mungkin berisiko lebih besar mengalami komplikasi kehamilan. Namun, mereka tidak mempunyai kesempatan lebih besar untuk melahirkan bayi dengan abnormal lahir alias abnormal intelektual dibandingkan wanita tanpa lupus.

3. Merawat diri sendiri selama kehamilan

Selain memeriksakan diri ke master secara rutin dan mengikuti rencana perawatan, ada banyak perihal nan dapat Bunda lakukan untuk merawat diri sendiri dan bayi:

  • Banyak beristirahat. Rencanakan tidur malam nan nyenyak dan rehat sepanjang hari.
  • Mengonsumsi makanan sehat. Hindari penambahan berat badan nan berlebihan. Mintalah master merujuk ke mahir gizi jika diperlukan.
  • Hindari merokok dan minum alkohol.
  • Jika Bunda mengalami indikasi nan tidak biasa, segera bicarakan dengan dokter.

4. Mengelola persalinan dan bayi baru

Dokter bakal memutuskan metode persalinan, apakah itu operasi caesar alias vagina. Dokter bakal melakukan ini dengan mempertimbangkan kesehatan Bunda dan bayi pada saat persalinan.

Banyak wanita dengan lupus dapat melahirkan melalui vagina. Namun jika ibu alias bayinya sedang stres, operasi caesar mungkin merupakan langkah paling kondusif dan tercepat untuk melahirkan. 

"Jika Anda mengonsumsi steroid selama kehamilan, master Anda bakal meningkatkan dosis Anda selama persalinan untuk membantu tubuh Anda mengatasi stres tambahan," ujar Zelman.

Meskipun sebagian besar ibu dan bayi dalam keadaan baik-baik saja, lupus sering kali kambuh setelah melahirkan, dan masalah lain, termasuk nan berikut ini, dapat terjadi:

  • Kesulitan menyusui. Bayi nan lahir prematur mungkin belum kuat untuk menyusu dan mengeluarkan ASI. Ibu nan melahirkan prematur alias sedang mengonsumsi obat tertentu mungkin mengalami kesulitan memproduksi ASI. Selain itu, beberapa ibu perlu mengonsumsi obat nan dapat masuk ke ASI dan disarankan untuk tidak menyusui. Sebagian besar persoalan ini dapat diselesaikan. Bicaralah dengan master jika Bunda mempunyai kekhawatiran tentang menyusui.
  • Lupus neonatus. Lupus neonatal tidak sama dengan lupus pada ibu. Sekitar 3 persen bayi nan lahir dari ibu dengan lupus bakal mengalami kondisi tersebut. Paling sering itu berkarakter sementara, nan berfaedah bakal berlalu. Kondisi ini terdiri dari ruam dan jumlah darah nan tidak normal. Pada saat bayi berumur 6 alias 8 bulan, kondisi tersebut biasanya lenyap dan tidak pernah kambuh lagi. Dalam kasus nan jarang terjadi, bayi dengan lupus neonatal bakal mempunyai irama jantung abnormal nan berkarakter permanen dan mungkin memerlukan perangkat pacu jantung.

  • Setelah melahirkan, krusial untuk menemui master secara teratur untuk memantau perubahan pada tubuh agar kembali seperti sebelum hamil. 

Risiko kehamilan pada pasien lupus

1. Keguguran

Michelle Petri, M.D., Profesor Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Johns Hopkins, mengatakan bahwa sekitar 10 persen kehamilan pada pasien lupus berhujung dengan keguguran. 

Semua wanita penderita lupus, meskipun tidak mempunyai riwayat keguguran sebelumnya, kudu dilakukan pemeriksaan antibodi antifosfolipid, baik antikoagulan lupus (RVVT dan PTT sensitif adalah perangkat skrining terbaik) dan antibodi antikardiolipin.

"Saat ini ada dua kriteria utama – trombosis vaskular dan morbiditas kehamilan. Seorang wanita nan pernah mengalami trombosis vena alias arteri di masa lampau kudu menjalani terapi antikoagulan selama kehamilan berikutnya," kata Petri dilansir dari laman Hopkinslupus.

Ia bilang, meski bayi pada pasien lupus berisiko mengalami keguguran tapi banyak juga bayi-bayi nan dapat diselamatkan melalui operasi caesar dini, ketika terdapat tanda-tanda insufisiensi plasenta nan parah.

2. Risiko kelahiran prematur dan retardasi pertumbuhan intrauterin

Pasien dengan lupus juga berisiko mengalami kelahiran prematur. Kelahiran prematur pada lupus biasanya bukan disebabkan antibodi antifosfolipid, melainkan lantaran preeklamsia dan ketuban pecah dini. 

Faktor akibat kelahiran prematur secara umum antara lain lupus aktif, prednison dosis tinggi, dan penyakit ginjal. Hipertensi ibu pada trimester kedua merupakan prediktor nan baik. Perawatan tekanan darah ibu nan terlalu berlebihan dapat mengurangi aliran darah plasenta, dan perihal ini tidak dianjurkan. 

"Kami belum menemukan aspek akibat apa pun nan memprediksi ketuban pecah dini," kata Petri. 

Selain prematur, bayi juga berisiko mengalami intrauterine growth retardation (IUGR). Namun para mahir belum menemukan variabel klinis nan dapat memprediksi IUGR. 

"Faktanya, aktivitas lupus, prednison, dan antibodi antifosfolipid tidak dapat memprediksi IUGR. Prediktor terbaik menggunakan pemantauan USG adalah lingkar perut di bawah persentil ke-10 dan perkiraan berat badan janin di bawah persentil ke-50," jelas Petri.

3. Risiko pada ibu

Risiko ibu nan paling krusial jika pasien lupus hamil, ialah serangan lupus. Dalam penelitian prospektif di Hopkins dan London, akibat kambuhnya penyakit lebih besar pada ibu mengandung dibandingkan wanita nan tidak hamil. 

Namun, pusat lain belum mengonfirmasi perihal ini. Mungkin terdapat perbedaan dalam pemilihan pasien nan menyebabkan temuan nan berbeda. 

"Kami telah menemukan bahwa hormon prolaktin, nan meningkat selama kehamilan, berasosiasi dengan aktivitas lupus selama kehamilan. Kemungkinan pengaruh hormonal lain, terutama estrogen, dan perubahan sitokin juga terlibat, meskipun perihal ini belum diteliti," kata Petri. 

Beberapa akibat lainnya pada ibu tidak secara langsung disebabkan penyakit lupus. Dalam studi kasus-kontrol, penderita lupus lebih mungkin mengalami beragam komplikasi kehamilan, termasuk diabetes, jangkitan saluran kemih, dan preeklamsia. 

Dokter nan merawat wanita penderita lupus nan mau mengandung kudu meninjau kembali pengobatannya.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda