7 Kesalahan Parenting Dari Orang Tua Yang Bercerai Pada Anaknya

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta -

Perceraian orang tua tentu saja memberikan akibat langsung kepada anak. Tak jarang, Si Kecil menjadi saksi dari bentrok antara orang tua dan terpaksa untuk beradaptasi dengan perubahan besar dalam kehidupan keluarga.

Anak bakal merasa bingung, terluka dan kehilangan arah ketika orang tua bercerai. Dilansir dari laman WebMD, Pakar Keluarga dan Perceraian, Gary Neuman mengatakan anak-anak nan paling terpukul akibat berakhirnya hubungan orang tua, apalagi diminta untuk menjadi perantara perdamaian saat Si Kecil sedang berduka.

Sementara itu, perceraian menyebabkan anak-anak merasa terpisah dan terbagi antara dua orang tua serta dua rumah. Secara tidak langsung, Si Kecil merasa kehilangan stabilitas, rutinitas, dan rasa keamanan nan mereka alami sebelumnya. Perasaan ini bisa meningkatkan kekhawatiran dan ketidakpastian mereka tentang masa depan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Perceraian juga dapat memicu emosi kesedihan, marah, dan kehilangan identitas pada anak-anak. Perasaan kehilangan perhatian dan kasih sayang nan mereka terima ketika orang tua tetap bersama, serta kehilangan kepercayaan bakal keahlian orang tua untuk menjaga dan melindungi mereka.

Dalam proses ini, sering kali terjadi kesalahan orang tua nan tidak disadari, sehingga mempengaruhi anak secara emosional, mental, dan apalagi fisik. Menyadari dan memahami kesalahan-kesalahan tersebut merupakan langkah pertama nan krusial dalam memperbaiki akibat negatif pada anak-anak.

Kesalahan parenting orang tua nan berpisah pada anaknya

Ketika orang tua berpisah pastinya terdapat kesalahan parenting pada Si Kecil. Berikut perilaku nan perlu dihindari orang tua saat bercerai, dikutip dari Children Centered Divorce:

1. Berkelahi di sekitar anak-anak

Dampak bentrok dan pertengkaran dengan intensitas nan tinggi antara orang tua pada anak-anak bisa sangat merusak, apalagi jika anak hanya mendengar pertengkaran itu walaupun terjadi melalui telepon alias di ruangan lain. Konflik tersebut tidak hanya menyebabkan rasa sakit dan kebingungan pada anak, tetapi juga dapat menciptakan rasa tidak kondusif nan mendalam.

Penelitian menunjukkan bahwa paparan terus-menerus terhadap bentrok orang tua dapat mengubah struktur dan kegunaan otak anak. Hal ini bisa mengakibatkan kerusakan emosional, psikologis, mental dan bentuk pada anak-anak.

Dampaknya bisa berjalan seumur hidup dan mempengaruhi keahlian mereka untuk berinteraksi sosial, mengatur emosi, dan mempertahankan hubungan nan sehat di masa dewasa.

2. Meminta anak untuk memilih

Menanggung beban dalam mengambil keputusan alias memilih pihak dalam perceraian sangat merugikan bagi anak-anak. Mereka mungkin merasa bersalah, terluka, resah dan bingung, terutama jika anak merasa kudu memilih satu orang tua atas nan lain.

Apa pun pilihan nan dibuat, perihal itu bakal terasa seperti keputusan nan susah dan membikin mereka merasa kalah. Sebagai orang tua, lebih baik menunjukkan anak-anak tentang keputusan nan diambil, sehingga tanggung jawab tetap ada pada Bunda.

Hal ini bakal membantu mencegah anak untuk merasa kudu memilih alias bertanggung jawab atas situasi perceraian. Meski susah bagi mereka untuk menerima keputusan dari orang tua, krusial untuk membiarkan mereka merasa kondusif dan tidak menyalahkan diri sendiri atas situasi nan terjadi.

3. Membiarkan anak merasa disalahkan

Anak sering kali memandang orang dewasa sebagai makhluk sempurna dan menganggap bahwa segala sesuatu nan terjadi adalah tanggung jawab orang tua. Jika Bunda kandas memberi tahu anak-anak bahwa perceraian bukanlah kesalahan mereka, mereka mungkin bakal menyalahkan diri sendiri atas situasi tersebut.

Anak bisa saja bakal berpikir, "Mungkin saya nakal. Mungkin saya kudu rukun dengan saudara, mendapat nilai lebih baik alias membersihkan bilik dengan lebih baik."

Mendengar dari orang tua bahwa mereka tidak bersalah dapat memberi anak-anak kepastian dan kenyamanan dalam situasi nan penuh ketidakpastian. Hal ini juga membantu mereka memahami bahwa mereka tetap dicintai dan didukung oleh kedua orang tua, walaupun orang tua tidak tinggal berbareng lagi.

4. Mengabaikan ketakutan terdalam anak

Ketakutan bakal kehilangan Bunda alias Ayah merupakan beban emosional nan sangat besar bagi anak nan menghadapi perceraian orang tua. Hal ini menimbulkan rasa tidak kondusif nan mendalam, malu, rasa bersalah, serta kekacauan jiwa dan ketakutan bakal masa depan.

Anak perlu diberi tahu bahwa perceraian hanya mengubah dinamika rumah tangga, bukan cinta dan kasih sayang antara orang tua dan anak. Bunda dan Ayah juga perlu mengkomunikasikan dengan jelas kepada anak bahwa meski kedua orang tua tidak lagi tinggal bersama, mereka tetap selalu menjadi orang tua seutuhnya.

Jelaskan kepada mereka bahwa perceraian tidak bakal pernah mengubah kedua orang tua menjadi kurang peduli alias kurang mencintai. Cara ini dapat membantu mengurangi rasa takut bakal kehilangan salah satu dari kedua orang tua dan mengurangi rasa resah nan bakal mereka rasakan. 

5. Mempercayakan info orang dewasa pada anak

3 Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik nan Membuat Anak Jadi Agresif Menurut PakarIlustrasi Bunda dan anak/Foto: Getty Images/FatCamera

Sering kali, orang tua berupaya untuk menarik kesetiaan, simpati, alias support emosional dari anak dalam situasi perceraian. Ketika orang tua merasa bahwa mengungkapkan alasan-alasan tertentu untuk perceraian, seperti perselingkuhan, bakal memberikan pembenaran atas keputusan nan diambil.

Namun, mengungkapkan info nan terlalu dewasa alias membujuk anak terlibat dalam bentrok orang dewasa sangat mengganggu dan merenggut masa mini mereka. Anak belum mempunyai kapabilitas untuk memahami alias memecahkan masalah hubungan orang tua.

Ketika orang tua membicarakan masalah rumah tangga dengan anak, perihal ini menyebabkan anak merasa terbebani secara emosional dan mengalami tekanan nan tidak semestinya mereka tanggung. Anak bakal merasa bertanggung jawab atas kesulitan dalam hubungan orang tua alias merasa terlibat secara langsung dalam masalah tersebut. 

6. Terlibat dalam keterasingan orang tua

Melarang alias menghalangi anak untuk memelihara hubungan nan positif dengan orang tua nan lain menyebabkan mereka merasa terisolasi, bingung, dan kesepian. Hal ini menimbulkan emosi amarah, kebencian, dan kehilangan pada anak ketika mulai tumbuh dewasa.

Tindakan tersebut juga menyebabkan ketidakstabilan emosional dan psikologis pada anak, serta memengaruhi hubungan mereka dengan kedua orang tua dan orang lain di sekitar mereka.

Sebagai orang tua nan bertanggung jawab, krusial untuk memprioritaskan kesejahteraan anak di atas segalanya. Salah satunya dengan memberikan support dan kesempatan bagi anak untuk menjalin hubungan nan sehat dengan kedua orang tua, walaupun orang tua sudah tidak lagi bersama.

Jangan biarkan ego alias emosi pribadi menghalangi anak dari kewenangan mereka untuk mencintai dan merasa dicintai oleh kedua orang tua. 

7. Berbohong kepada anak

Sengaja mendusta kepada anak dengan tujuan untuk memanipulasi perhatian merupakan tindakan nan tidak hanya egois, tetapi juga merugikan dan menyakitkan bagi mereka. Ketika anak tumbuh dewasa dan menyadari ketidakejujuran nan telah mereka terima, Si Kecil bakal merasa kecewa, terkhianati, dan kehilangan kepercayaan Bunda alias Ayah sebagai orang tua.

Kebohongan semacam itu dapat mengganggu hubungan antara orang tua dan anak, serta menciptakan ketidakstabilan emosional dan psikologis pada anak. Selain itu, masalah ini juga menyebabkan anak merasa bingung, tidak aman, dan kehilangan arah dalam kehidupan mereka.

Demikian ulasan tentang kesalahan parenting dari orang tua nan berpisah pada anak. Semoga bermanfaat, Bunda.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda