5 Gangguan Kejiwaan Yang Rentan Dialami Bunda Pasca Melahirkan, Simak Cara Mencegahnya

Sedang Trending 3 minggu yang lalu

Jakarta -

Kebahagiaan pastinya dirasakan orang tua saat bayinya lahir. Tapi di sisi lain, ibu nan baru melahirkan juga rentan mengalami beragam gangguan kejiwaan. Ketahui apa saja jenis dan langkah mencegahnya, Bunda.

Dilansir laman Mayo Clinic, kelahiran bayi itu dapat memicu beragam emosi nan kuat. Mulai dari rasa ceria hingga takut dan cemas. Dan kelahiran juga dapat mengakibatkan sesuatu nan tidak Bunda duga ialah depresi.

Gangguan psikologis pasca persalinan

Melansir National Library of Medicine, secara tradisional gangguan psikologis pasca melahirkan diklasifikasikan sebagai baby blues (PB), psikosis pasca persalinan (PP), dan depresi pasca persalinan (PPD). Namun, spektrum fenomenologi pasca persalinan sangat luas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Terdapat beragam golongan gangguan kekhawatiran dan stres nan terjadi pada pasca persalinan. Saat ini, gangguan pasca persalinan telah diklasifikasikan menjadi lima kategori utama, yakni:

1. Baby blues

Sebagian besar ibu baru bakal mengalami baby blues alias maternity blues. Ini merupakan fase ketidakstabilan emosi setelah melahirkan. 

Bably blues disebabkan perubahan hormonal nan diperparah dengan stres setelah melahirkan, kemudian dapat menyebabkan kecemasan, tangisan, dan kegelisahan nan lenyap dalam dua minggu pertama setelah melahirkan. Ini juga bisa disebut dengan postpartum blues.

Baby blues sebenarnya merupakan corak depresi ringan dan berkarakter sementara nan bakal lenyap begitu hormon sudah stabil. Hampir setiap ibu baru, hingga 85 persen di antaranya bakal mengalami postpartum blues. Ibu baru mungkin merasa senang pada satu menit dan kewalahan serta menangis pada menit berikutnya.

“Tidak ada ibu nan selalu bahagia,” kata Lbauren Osborne, M.D, mantan asisten kepala Johns Hopkins Center for Women's Reproductive Mental Health dilansir laman John Hopkins Medicine.

Baby blues lebih sering terlihat di negara-negara barat lantaran kurangnya support dan ikatan family nan kuat. Gejalanya muncul dalam 10 hari pertama dan mencapai puncaknya sekitar 3–5 hari. Namun, baby blues nan menetap selama lebih dari 2 minggu mungkin membikin wanita rentan terhadap gangguan mood nan lebih parah.

Umumnya indikasi baby blues tidak mengganggu kegunaan sosial dan pekerjaan perempuan. Baby blues juga berkarakter self-limiting dan tidak memerlukan intervensi aktif selain support sosial dan kepastian dari personil keluarga

2. Depresi pasca persalinan

Depresi pasca persalinan (PPD) umumnya susah dibedakan dengan depresi nan terjadi pada waktu lain dalam kehidupan perempuan. Namun, pada PPD, pikiran negatif terutama berangkaian dengan bayi baru lahir.

Pada sebagian ibu baru, emosi tidak lezat setelah melahirkan bukan sekadar kesedihan ringan. Sebanyak satu dari lima ibu baru mengalami depresi pasca melahirkan, suatu kondisi nan lebih serius namun dapat diobati. Dan nan dapat terkena depresi pasca melahirkan tidak hanya ibu, tapi juga dengan bayinya.

Sejumlah besar penelitian telah mengawasi bahwa kejadian indikasi kekhawatiran nan lebih tinggi diamati pada PPD dibandingkan non-PPD. Onsetnya dapat berkisar dari beberapa hari hingga beberapa minggu setelah melahirkan, umumnya dalam 2-3 bulan pertama setelah melahirkan. 

Riwayat depresi berat meningkatkan akibat PPD sebesar 25 persen, dan riwayat PPD di masa lampau meningkatkan akibat kekambuhan hingga 50 persen.

Menurut Lindsay R. Standeven, M.D., seorang psikiater bersertifikat, depresi dan kekhawatiran nan tidak diobati pada kehamilan dikaitkan dengan kelahiran prematur, refleks kejut nan lebih tinggi pada bayi, glukosuria gestasional, dan banyak lagi.

“Depresi pasca persalinan adalah komplikasi kehamilan nan paling umum,” kata Standeven.

Ia juga bilang, depresi pasca melahirkan dapat menakut-nakuti jiwa. Bahkan menurut info di negara-negara nan melacak kejadian masalah tersebut, depresi pascapersalinan merupakan aspek penyebab 20 persen dari seluruh kematian ibu.

Gejala depresi pasca persalinan nan tidak diobati bisa memperkuat selama berbulan-bulan, apalagi bertahun-tahun. Pada sebuah penelitian, 25 persen partisipan tetap mengalami depresi tiga tahun setelah kelahiran bayinya. Itu hanyalah satu argumen kudu segera dilakukan penilaian dan pengobatan. 

3. Psikosis pasca persalinan

Psikosis pasca persalinan merupakan keadaan darurat kesehatan mental nan langka. Kondisi ini sangat jarang terjadi, hanya memengaruhi 0,1 persen ibu baru. Jumlah tersebut meningkat hingga 30 persen pada ibu nan menderita gangguan bipolar. 

PP mempunyai serangan nan akut dan tiba-tiba, biasanya terlihat dalam 2 minggu pertama setelah melahirkan atau, paling lama, dalam 3 bulan pasca persalinan, dan kudu dianggap sebagai keadaan darurat psikiatris dan obstetrik.

Menurut Osborne, psikosis pasca persalinan dapat terjadi pada wanita nan tidak mempunyai riwayat penyakit psikologis sebelumnya,” kata Osborne.

Gejala psikosis pasca persalinan meliputi:

  • Kebingungan dan gangguan kognitif nan mungkin datang dan pergi.
  • Masuk dan keluar dari kesadaran.
  • Perilaku nan sangat tidak terduga.
  • Halusinasi alias delusi.

"Penting untuk tidak mengabaikan gejala-gejala ini, meskipun Anda tidak mempunyai riwayat gangguan mood," kata Osborne. 

Dia menekankan bahwa psikosis pasca persalinan adalah keadaan darurat psikiatris nan memerlukan perhatian medis segera lantaran menyebabkan tingginya tingkat bunuh diri dan membahayakan bayi.

Perawatan standar emas untuk psikosis pasca persalinan mencakup litium (penstabil suasana hati) dan obat antipsikotik. 

4. Gangguan stres pasca trauma pasca melahirkan

Banyak penelitian nan menunjukkan terjadi sekitar 5,6 persen postpartum posttraumatic stress disorder alias gangguan stres pascatrauma pasca persalinan (PTSD). Hal ini umumnya ditandai dengan ketegangan, mimpi buruk, kilas balik, dan antusiasme berlebihan otonom nan dapat bersambung selama beberapa minggu alias bulan, dan mungkin berulang menjelang akhir kehamilan berikutnya. 

5. Gangguan kekhawatiran unik pasca persalinan

Banyak penelitian nan mengawasi bahwa gangguan kekhawatiran pasca persalinan (Anxiety disorders specific to the puerperium) kurang terdiagnosis dan faktanya lebih umum terjadi dibandingkan PPD.

Ciri nan paling umum pada kondisi ini adalah kewaspadaan di malam hari nan ditandai dengan ibu terbaring terjaga mendengarkan pernapasan bayi, dan seringnya memeriksa sehingga mengakibatkan kurang tidur. Banyak ibu nan terlalu cemas tentang kesehatan dan keselamatan anak-anaknya nan dikenal sebagai neurosis maternitas

Cara mencegah gangguan psikologis pasca persalinan

Agar Bunda terhindar dari beragam akibat gangguan psikologis setelah melahirkan, ada beberapa langkah ini bisa Bunda terapkan sebelum dan setelah melahirkan sampai kondisi betul-betul stabil. Berikut beberapa di antaranya:

1. Istirahat nan cukup

Menjadi ibu baru apalagi jika tidak mempunyai support system memadai seperti asisten rumah tangga, babysitter, alias kerabat dekat, bakal membikin Bunda kesulitan untuk istirahat.

Padahal, rehat adalah salah satu langkah untuk membikin wanita nan baru melahirkan terhindar dari akibat stres. Saat beristirahat, khususnya tidur, tubuh dan pikiran bakal berakhir sejenak dari pikiran-pikiran nan menyedihkan alias membikin stres.

Usahakan untuk tidur malam selama 8 jam dan tidur 1 jam di siang hari untuk mencukupi kebutuhan istirahat, ya Bunda.

2. Luangkan waktu untuk diri sendiri

Setelah persalinan, Bunda pasti bakal disibukkan dengan mengurus Si Kecil. Meski begitu, cobalah luangkan waktu untuk diri sendiri dan melakukan beragam aktivitas nan menyenangkan alias me time.

Minta support Ayah agar Bunda bisa pergi ke tempat nan disukai alias sekadar bersantai di rumah tanpa gangguan Si Kecil. Ini merupakan kesempatan untuk merefleksikan diri dan memberikan pengesahan kepada diri sendiri bahwa setiap ibu tak bisa menjadi ibu nan sempurna.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda