Prosedur Penanganan Retensi Plasenta Agar Tak Bahayakan Bunda Saat Melahirkan

Sedang Trending 1 minggu yang lalu

Jakarta -

Retensi plasenta dapat menyebabkan perdarahan saat persalinan nan membahayakan Bunda dan janin. Mengetahui penanganan retensi plasenta menjadi sangat krusial untuk mencegah komplikasi.

Dilansir laman Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes RI), retensi plasenta alias retained placenta adalah suatu keadaan di mana plasenta tetap berada di dalam rahim dan belum dilahirkan selama 30 menit setelah kelahiran anak. Kondisi ini menjadi rawan lantaran dapat menyebabkan jangkitan serta kehilangan banyak darah.

"Retensi plasenta termasuk dalam penyebab perdarahan setelah melahirkan (postpartum hemorrhage)," tulis Kemenkes.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Perlu diketahui ya, plasenta merupakan organ nan terbentuk di dalam rahim saat masa kehamilan dimulai. Normalnya, plasenta bakal keluar dari rahim dengan sendirinya beberapa menit setelah bayi dilahirkan, Bunda.

Menurut American Pregnancy Association (APA), keluarnya plasenta dari rahim ini merupakan tahap akhir persalinan. Bila tidak keluar lebih dari 30 menit, akibat perdarahan nan dahsyat bakal meningkat.

Penyebab retensi plasenta

Ada beberapa penyebab retensi plasenta menurut APA, yakni:

  1. Plasenta percreta nan terjadi ketika plasenta tumbuh menembus tembok rahim.
  2. Atonia uterus nan terjadi ketika kontraksi berakhir alias tidak cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta dari rahim.
  3. Plasenta adheren terjadi ketika seluruh alias sebagian plasenta menempel pada tembok rahim. Dalam situasi nan jarang terjadi, perihal ini terjadi lantaran plasenta telah tertanam jauh di dalam rahim.
  4. Plasenta akreta nan terjadi ketika plasenta tumbuh terlalu dalam di rahim, kemungkinan akibat jejak luka operasi caesar sebelumnya.
  5. Trapped placenta nan terjadi ketika plasenta terlepas dari rahim tetapi tidak dapat dikeluarkan. Sebaliknya, dia terjebak di belakang leher rahim nan tertutup alias leher rahim nan tertutup sebagian.

Faktor akibat retensi plasenta

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan kesempatan Bunda mengalami retensi plasenta saat persalinan, seperti:

  • Hamil di atas usia 30 tahun
  • Mengalami persalinan prematur nan terjadi sebelum usia kehamilan 34 minggu
  • Mengalami persalinan dengan lama nan terlalu lama
  • Melahirkan bayi nan meninggal di dalam kandungan

Tanda retensi plasenta

Tanda paling umum retensi plasenta adalah Bunda tidak mengeluarkannya setelah bayi lahir. Gejalanya dapat ditandai dengan kehilangan darah secara tiba-tiba alias perdarahan nan menakut-nakuti nyawa.

Dilansir laman Web MD, wanita nan mengalami retensi plasenta mungkin mengeluarkan sebagian besar plasentanya. Namun, beberapa bagian plasenta tersangkut di dalam rahim. Hal tersebut dapat memicu beberapa indikasi seperti:

  • Perdarahan berat
  • Gumpalan darah
  • Demam
  • Menggigil
  • Keluarnya cairan berbau tidak sedap dari vagina
  • Rasa sakit nan dahsyat dan tak kunjung berhenti

Ilustrasi JaninIlustrasi Janin/ Foto: Getty Images/iStockphoto/yucelyilmaz

Penanganan retensi plasenta

Retensi plasenta hanya bisa ditangani dengan mengeluarkan plasenta dari rahim, Bunda. Ada 5 langkah nan dapat dilakukan, yakni:

1. Mengeluarkan plasenta secara manual

Dokter dapat mencoba mengeluarkan plasenta secara manual menggunakan tangan. Sebelum melakukannya, master bakal memberikan obat epidural alias anastesi. Selanjutnya, master bakal memisahkan plasenta di dalam rahim secara manual.

Metode manual biasanya dilakukan terakhir jika langkah lain tak berhasil. Sebab, metode ini dapat berisiko menyebabkan infeksi, Bunda.

2. Penggunaan obat-obatan

Bunda juga dapat diberikan obat-obatan unik untuk merangsang rahim berkontraksi. Rahim nan mengendur diharapkan bisa memudahkan plasenta keluar dari rahim.

"Jika beberapa langkah tidak berhasil, master mungkin bakal memberikan suntikan obat nan bakal membikin rahim berkontraksi dan membantu mengeluarkan plasenta," kata master ahli obstetri dan ginekologi, Traci C. Johnson.

3. Menyusui

Selain langkah media, langkah lain nan dapat dilakukan adalah memberikan waktu bagi ibu untuk menyusui. Menyusui dapat menyebabkan rahim berkontraksi untuk mengeluarkan plasenta.

"Dokter, bidan, alias perawat kemungkinan bakal meminta ibu untuk mulai menyusui bayi sesegera mungkin setelah melahirkan. Hal ini lantaran menyusui membikin rahim berkontraksi dan merupakan proses alami nan bakal membantu mencegah tertahannya plasenta," ujar Johnson.

4. Diminta buang air kecil

Cara sederhana lainnya adalah menyarankan pasien untuk buang air kecil. Cara ini juga cukup efektif untuk mengeluarkan plasenta.

"Terkadang, perihal sederhana seperti buang air mini sudah cukup efektif untuk mengeluarkan plasenta lantaran kandung kemih nan penuh terkadang dapat menghalangi pengeluaran plasenta dari rahim," kata APA.

5. Pijat

Setelah melahirkan, master mungkin memijat perut Bunda untuk membantunya berkontraksi. Hal tersebut mungkin terasa tidak nyaman namun dapat membantu.

Pijatan di perut biasanya sering digunakan setelah kelahiran anak kedua. Ini lantaran rahim mungkin tidak berkontraksi dengan baik jika Bunda sudah pernah melahirkan melahirkan.

Pencegahan retensi plasenta

Retensi plasenta menjadi susah dicegah jika Bunda mempunyai aspek risiko. Bila kondisi ini sudah terdeteksi, master bakal melakukan upaya untuk mencegah plasenta tertahan dengan mengambil tindakan mempercepat pengeluarannya setelah bayi lahir.

Berikut langkah-langkah nan dapat diambil untuk mencegah tertahannya plasenta di dalam rahim:

  1. Memberikan obat-obatan, seperti oksitosin, segera setelah bayi lahir untuk merangsang kontraksi rahim agar plasenta keluar.
  2. Menjalankan prosedur Controlled Cord Traction (CCT), ialah dengan menjepit dan menarik tali pusar bayi sembari melakukan pijatan ringan pada perut ibu untuk merangsang kontraksi.

Demikian penanganan retensi plasenta nan kerap terjadi selama persalinan. Semoga info ini berfaedah ya, Bunda.

Bagi Bunda nan mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join organisasi HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/ank)

Selengkapnya
Sumber HaiBunda
HaiBunda